Tentang Nama, Cerita Sekolah Pertama
Di Sekolah pernah punya nama panggilan Jowil, Awil. Kesininya lebih sering dipanggil nama depan saja, Wilda.
Menurut cerita orang tua, dulu sebenarnya mau dikasih nama Maria. Karena waktu itu Bapak lagi mempelajari isi Alquran bersama teman-temannya, QS. Maryam. Kenapa gak dikasih nama Maryam juga gak tahu, ceritanya waktu itu Bapak mau nya kasih nama Wilda Maria. Cuma karena mirip-mirip sama Bunda Maria, jadi gak jadi.
Nah, kemudian dilihatlah dari bulan kelahirannya Agustus. Jadilah dikasih nama Hurriya, lengkapnya Wilda Hurriya. Hurriya arti secara bahasa (arab) artinya kemerdekaan. Wilda artinya anak. Jadi, anak kemerdekaan atau anak yang merdeka. berasa nasionalisme banget ya, rasa rasa lahir dari anak pejuang. hahaha
Meskipun memang bukan lahir dari seorang pejuang kemerdekaan, tetapi sudah pasti orang tua saya adalah pejuang kehidupan. Dan ternyata kalau dipikir-pikir lagi kita semua memang seorang pejuang. Iya, pejuang kehidupan. *tsaah.
Lalu, apa yang kita juangkan dalam hidup ini? eaaa mulai berat bahasannya. skip ya (lain kali kita bahas)
Kita bahas yang ringan saja, seperti perjuangan seorang Ibu untuk memasukan anaknya yang belum genap berusia 5 tahun. Hal ini muncul setelah salah pengertian antara Ibu dan Anak. (Ibu saya dan saya). Dan berikut ringkasan ceritanya ;
Pengertian Ibu:
Saya masuk SD umur 5 tahun kurang. Tahun ajaran baru dimulai bulan Juni/Juli kan ya. Nah ulang tahun saya kelima itu bulan Agustus. Iya, jadi 5 tahun kurang saya sudah dimasukan ke SD. Awalnya tidak bisa masuk, karena umurnya masih kurang dan kuota kelas penuh. Masih ada sih 1-2 kursi aja mah. Tapiii, waktu pendaftaran, dan tahu kalau tidak bisa masuk, saya menangis. Ibu saya langsung naik banding ke Kepala Sekolah (Kepsek), menggunakan tangisan saya sebagai senjata. "Tuh kan bu anak saya jadi nangis, makanya tolong saja dimasukan ya" (kurang lebih kaya gitu deh)
Kenyataannya :
Yang saya ingat adalah saya menangis bukan karena saya mendengar Ibu Kepsek bilang saya tidak bisa masuk. Saya menangis karena saya sudah mulai bosan dan capek karena berdiri. Dari datang, saya ditawari untuk duduk tetapi tidak mau, karena malu dan waktu itu saya fikirnya tidak lama. Ter nya ta saudara-saudara, lamaa euy. Kemudian mau duduk malu, karena sudah nolak daritadi. jadilah saya menangis. hahaha
itulah yang sebenarnya. padahal mah sudah kepingin pulang banget, main congklak sama bekel.
Pengertian Ibu:
Disela-sela obrolan Ibu sama Kepsek, Ibu saya tuh cerita kalau saya sudah sangat ingin sekolah. Karena sering melihat anak-anak berangkat dan pulang sekolah lewat depan rumah.
Kenyataannya :
Saya antusias banget kalau ada anak-anak berseragam sedang berangkat dan pulang sekolah. Iyaa saya antusias karena saya suka sama tas yang mereka pakai. bagus bagus. hahaha. Saya ingat tas pertama yang saya suka (ini rasanya kaya jatuh cinta pada pandangan pertama). tas warna merah yang ada tempat kanan kiri untuk menaruh makanan. Iyaa itu Ibu. Dan saya berhasil mendapatkan tas tersebut dengan melancarkan serangan wajib sekolah sekarang juga. bhahaha.
Saya dapat tas nya, saya senang. titik. selesai
Tetapi Ibu saya, saya dibelikan tas karena persiapan masuk sekolah. masih panjang ceritanya :D
Entah ini mestakung atau gimana ya. Saya pun akhirnya dibolehkan untuk masuk kelas. Semacam masa percobaan. Dicoba dulu. kalau bisa lanjutkan. Kalau tidak bisa ya mohon maaf.
Saya masuk diantar Ibu dan Ibu Kepsek. Banyak orang tua yang menunggu anak-anaknya. Kebanyakan mereka mengintip di jendela. Mungkin memastikan bahwa anak mereka baik-baik saja di dalam.
Kelas penuh. hanya tersisa 1 kursi di belakang. Paling belakang. Saya masih ingat, teman sebelah saya namanya Heri, panjangnya Heri Heriyanto. Kemudian saya pun memulai hari pertama di sekolah dengan sebutan anak bawang.
Beberapa minggu saya mengikuti kelas. dan saya berhasil melalui masa percobaan. Iya, saya dinilai bisa beradaptasi dan mengikuti pelajaran. Yeaayy, siapa dulu donk *naikin alis.
Meskipun kalau lagi bermain tap jongkok, saya gak pernah jadi. kan anak bawang. Tiap saya harusnya yang ngejar, gak jadi. Hadeeh, saya rasa kalau hanya mengejar kalian, saya bisaaa. *mulai sombong.
"Anak yang Merdeka" pun mulai berjuang di sekolah pertamanya.
Di Sekolah pernah punya nama panggilan Jowil, Awil. Kesininya lebih sering dipanggil nama depan saja, Wilda.
Menurut cerita orang tua, dulu sebenarnya mau dikasih nama Maria. Karena waktu itu Bapak lagi mempelajari isi Alquran bersama teman-temannya, QS. Maryam. Kenapa gak dikasih nama Maryam juga gak tahu, ceritanya waktu itu Bapak mau nya kasih nama Wilda Maria. Cuma karena mirip-mirip sama Bunda Maria, jadi gak jadi.
Nah, kemudian dilihatlah dari bulan kelahirannya Agustus. Jadilah dikasih nama Hurriya, lengkapnya Wilda Hurriya. Hurriya arti secara bahasa (arab) artinya kemerdekaan. Wilda artinya anak. Jadi, anak kemerdekaan atau anak yang merdeka. berasa nasionalisme banget ya, rasa rasa lahir dari anak pejuang. hahaha
Meskipun memang bukan lahir dari seorang pejuang kemerdekaan, tetapi sudah pasti orang tua saya adalah pejuang kehidupan. Dan ternyata kalau dipikir-pikir lagi kita semua memang seorang pejuang. Iya, pejuang kehidupan. *tsaah.
Lalu, apa yang kita juangkan dalam hidup ini? eaaa mulai berat bahasannya. skip ya (lain kali kita bahas)
Kita bahas yang ringan saja, seperti perjuangan seorang Ibu untuk memasukan anaknya yang belum genap berusia 5 tahun. Hal ini muncul setelah salah pengertian antara Ibu dan Anak. (Ibu saya dan saya). Dan berikut ringkasan ceritanya ;
pic source: |
Pengertian Ibu:
Saya masuk SD umur 5 tahun kurang. Tahun ajaran baru dimulai bulan Juni/Juli kan ya. Nah ulang tahun saya kelima itu bulan Agustus. Iya, jadi 5 tahun kurang saya sudah dimasukan ke SD. Awalnya tidak bisa masuk, karena umurnya masih kurang dan kuota kelas penuh. Masih ada sih 1-2 kursi aja mah. Tapiii, waktu pendaftaran, dan tahu kalau tidak bisa masuk, saya menangis. Ibu saya langsung naik banding ke Kepala Sekolah (Kepsek), menggunakan tangisan saya sebagai senjata. "Tuh kan bu anak saya jadi nangis, makanya tolong saja dimasukan ya" (kurang lebih kaya gitu deh)
Kenyataannya :
Yang saya ingat adalah saya menangis bukan karena saya mendengar Ibu Kepsek bilang saya tidak bisa masuk. Saya menangis karena saya sudah mulai bosan dan capek karena berdiri. Dari datang, saya ditawari untuk duduk tetapi tidak mau, karena malu dan waktu itu saya fikirnya tidak lama. Ter nya ta saudara-saudara, lamaa euy. Kemudian mau duduk malu, karena sudah nolak daritadi. jadilah saya menangis. hahaha
itulah yang sebenarnya. padahal mah sudah kepingin pulang banget, main congklak sama bekel.
Pengertian Ibu:
Disela-sela obrolan Ibu sama Kepsek, Ibu saya tuh cerita kalau saya sudah sangat ingin sekolah. Karena sering melihat anak-anak berangkat dan pulang sekolah lewat depan rumah.
Kenyataannya :
Saya antusias banget kalau ada anak-anak berseragam sedang berangkat dan pulang sekolah. Iyaa saya antusias karena saya suka sama tas yang mereka pakai. bagus bagus. hahaha. Saya ingat tas pertama yang saya suka (ini rasanya kaya jatuh cinta pada pandangan pertama). tas warna merah yang ada tempat kanan kiri untuk menaruh makanan. Iyaa itu Ibu. Dan saya berhasil mendapatkan tas tersebut dengan melancarkan serangan wajib sekolah sekarang juga. bhahaha.
Saya dapat tas nya, saya senang. titik. selesai
Tetapi Ibu saya, saya dibelikan tas karena persiapan masuk sekolah. masih panjang ceritanya :D
Entah ini mestakung atau gimana ya. Saya pun akhirnya dibolehkan untuk masuk kelas. Semacam masa percobaan. Dicoba dulu. kalau bisa lanjutkan. Kalau tidak bisa ya mohon maaf.
Saya masuk diantar Ibu dan Ibu Kepsek. Banyak orang tua yang menunggu anak-anaknya. Kebanyakan mereka mengintip di jendela. Mungkin memastikan bahwa anak mereka baik-baik saja di dalam.
Kelas penuh. hanya tersisa 1 kursi di belakang. Paling belakang. Saya masih ingat, teman sebelah saya namanya Heri, panjangnya Heri Heriyanto. Kemudian saya pun memulai hari pertama di sekolah dengan sebutan anak bawang.
Beberapa minggu saya mengikuti kelas. dan saya berhasil melalui masa percobaan. Iya, saya dinilai bisa beradaptasi dan mengikuti pelajaran. Yeaayy, siapa dulu donk *naikin alis.
Meskipun kalau lagi bermain tap jongkok, saya gak pernah jadi. kan anak bawang. Tiap saya harusnya yang ngejar, gak jadi. Hadeeh, saya rasa kalau hanya mengejar kalian, saya bisaaa. *mulai sombong.
"Anak yang Merdeka" pun mulai berjuang di sekolah pertamanya.