Wilda Hurriya
  • Home
  • Review
    • Buku
    • Film
    • Teater
  • Fiksi Mini
  • Puisi
  • Random
  • Family
  • Techno Explorer
sumber gambar

Pesona kota yang dijuluki paris van java ini memang mampu memanjakan mataku namun hati ini tetap saja sama, hambar. Setahun berlalu namun wajahnya masih saja menari-nari di alam fikiranku. Olivia, seorang gadis berparas oriental memutuskan hubungan yang sudah kami bangun sejak kuliah semester pertama. Dia dijodohkan orang tuanya dengan pengusaha muda asal Jakarta. “Ando, ngapain lu bengong aja, ikutan nyebur sini, segerrr”, seru Yoga yang sudah basah kuyup. “Males ga, gue mau cari inspirasi aja di depan”, aku berlalu meninggalkannya, membawa gitar dan beberapa lembar lirik lagu yang belum rampung.

“Oh mantan kekasihku
Jangan kau tinggalkan aku
Bila suatu saat nanti kau merindukanku
Datang… (Cepat) datang padaku”
(lyla – mantan kekasihku)

Lagu kebangsaanku setahun terakhir ini. “Cupu lu ndo, nyanyi lagu itu terus, move on dong bro”, suara Yoga terdengar sampai ke depan. Aku tersenyum getir. Kembali aku fokuskan diriku menyelesaikan syair lagu yang akan dibawakan band-ku di acara Ganesha Musical Opening Act Audition (GMOAA) minggu depan. Dan band gue melarang para personilnya untuk galau. Yang galau ke laut saja. 

___

Acara GMOAA dimulai pukul  19:00, namun sudah sejak sore, depan Gedung New Majestic di jalan Braga sudah tampak ramai dari biasanya. Beberapa festival di gelar di sepanjang jalan. Pukul 18:15 kami sudah tiba di tempat acara, kami menunggu dengan penuh semangat. “Ando n Friends”, band kami akhirnya dipanggil untuk tampil. Kami pun memberikan penampilan terbaik kami.

Di bawah panggung selesainya kami tampil, “Aa ando”, suara lembut itu memanggilku, suaranya menyelinap masuk ke dalam rongga hati. Aku menoleh, seketika aku terpatung menatap seorang perempuan yang sudah meluluh lantakkan hatiku setahun ini. “Olivia”. Perempuan itu tersenyum. “Aa ando, aku bukan Olivia, aku saudara kembarnya, namaku Sophia, salam kenal a’”, Sophia mengulurkan tangannya. Aku pun meraih tangannya perlahan. Rasanya sama persis ketika aku berkenalan dengan Olivia, hatikupun begitu.  


4
Share
Sumber Gambar:

Aku terpental beberapa depa “Bumm… Bukk…”. Liontin itu seperti melemparku. Aku yakin sekali dorongan kuat itu dari liontin yang aku genggam dan sekarang tergeletak di lantai. Ya, di lantai, namun bukan lantai ruang kamarku. Lantai ini kotor penuh debu. Buku-buku berserakan diatasnya juga tertutup debu.

Mataku menyapu seluruh ruangan perlahan dan berhenti pada sudut ruangan dimana terdapat Lemari tua dengan delapan daun pintu berukuran kurang lebih 40cm x 40cm. Beberapa pintu sudah terbuka, dua pintu masih tertutup rapat. Ruangan ini suram, hanya mendapat sedikit cahaya dari celah-celah ventilasi kecil yang diselimuti sarang laba-laba. Di tengah ruang ada tiang kayu penyanggah. Lampu tua menjulang rendah, masih menyisakan cahaya 5 watt. Lemari tua, meja tua, semua terlihat usang dan berdebu.

Aku melangkah perlahan ke arah lemari berpintu delapan tadi. Mataku nanar menangkap tulisan dalam aksara jawa di setiap pintu lemari tersebut. Semakin dekat, semakin jelas. Beberapa huruf dapat aku pahami. Pelan-pelan aku mengeja, terdapat sebuah nama “Anggabaya” yang berarti orang yang berkuasa. Aku telusuri seluruh daun pintu, semua bernama. “Ararya”, “Aruna”, ”Balakosa”, “Balin”, “Gandewa”, “Bhadra”, terakhir pada daun pintu paling atas aku mengeja “A-thar-Wa”, aku mengerutkan dahi, namaku tertulis disana.

Aku mencoba membuka pintu lemari yang tertulis namaku itu. Terkunci. Begitu juga pintu yang tertulis “Bhadra” juga terkunci. Lainnya terbuka, aku hendak menutupnya namun terasa berat, tidak dapat tertutup. Kali ini dengan sedikit tenaga. “Bruukkk…” aku terkejut. Aku fikir pintu itu tertutup. Tetapi tidak, masih terbuka, suara itu berasal dari luar. Hah, aku baru menyadari bahwa ada pintu masuk. Seperti ada yang hendak masuk ke ruangan ini. Segera kusembunyikan diri di sudut lain. Aku melihat liontinku yang tergeletak. Segera aku ambil, sempat kulihat sebuah buku yang tergelak di lantai, kuraih juga.

Menyudut, bersembunyi dibawah meja tua yang sudah rapuh. Belum sempat aku melihat siapa yang masuk. Aku sudah berpindah tempat. Kembali berada di kamarku. Aku terperangah. Diam dalam kebingungan yang meraja. Liontin dan buku tua itu masih digenggamanku. Aku mulai mengikuti ritme kejadian aneh ini, sebuah misteri yang sudah turun temurun ini harus diselesaikan.

Keenam pintu yang terbuka itu adalah lorong waktu untuk setiap nama yang tertulis disana. Tersisa dua pintu lagi, dua nama lagi segera menyusul. Salah satunya adalah aku, Atharwa. Dari buku itu aku mengetahui bahwa “Ararya”, “Aruna”, ”Balakosa”, “Balin”, “Gandewa”, “Anggabaya” adalah pemegang  liontin sebelumnya. Mereka tidak berhasil melawan ujian kehidupan dan mereka tersesat. Mereka kesulitan mencari jalan terang, semua jalan tertutup oleh nafsu, amarah, keserakahan, dan kesombongan.


399 kata
wilda hurrya | 071113 5:08 pm | ditengah kesibukan kerja:P


  
3
Share
Sumber Gambar :


Ingin sedikit berbagi cerita horror yang saya alami sendiri. Tidak terlalu menyeramkan sih, tidak seperti pengalaman horror saya sebelumnya.  :D

Jumat siang di toilet wanita Gedung Nyi Ageng Serang Lantai 7. Kalau yang sering kesini pasti tahu kalau ini adalah Perpusakaan Umum Daerah (Perpumda) DKI  Jakarta.  Siang itu di toilet hanya ada saya sendiri. Selesai saya menuntaskan hajat kecil, saya bercermin, memastikan kalau jilbab saya masih rapih. Maklum setelah berkendara motor menggunakan helm kadang jilbab jadi berantakan.



Namun, baru saja saya hendak merapihkan, hand dryer di sebelah saya berbunyi sekali. Agak sedikit kaget, tidak ada orang lain. “mungkin mesinnya sedang bermasalah” gumam saya dalam hati. Saya melirik ke arah hand dryer. Sunyi. Kembali saya mulai merapihkan. Saya mencoba memecah kesunyian dengan bernyanyi.  Baru kata pertama saya lantunkan hand dryer di sebelah saya kembali berbunyi. Berbunyi 3 kali dengan nada lebih tinggi dan lebih cepat dari sebelumnya. Seperti orang yang mengeringkan tangan tetapi sedang marah. Dan disusul kemudian garfu yang sudah bengkok ujungnya jatuh.  Kali ini sunyi senyap. Saya langsung mengambil garfu yang jatuh dan segera keluar. Entahlah, saat itu saya yakin. Siapapun yang ada disana sedang tidak ingin diganggu. 
0
Share
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

About Me

Keluarlah, lampaui gagasan sempitmu tentang benar dan salah. Sehingga kita dapat bertemu pada “Suatu Ruang Murni” tanpa dibatasi berbagai prasangka atau pikiran yang gelisah (Rumi) 
        hurryawilda [at] gmail [dot] com

Follow me

  • facebook
  • pinterest
  • twitter
  • instagram

Labels

Buku (6) FaMiLy (9) FiksiMini (16) Film (1) PuiSI (25) RanDoM (21) Review (8) Teater (2) TechnoExplorer (4)

Arsip Blog

  • ►  2024 (2)
    • September (2)
  • ►  2022 (1)
    • Januari (1)
  • ►  2021 (17)
    • Desember (11)
    • November (2)
    • Januari (4)
  • ►  2020 (5)
    • Oktober (1)
    • Agustus (1)
    • Februari (3)
  • ►  2016 (4)
    • Desember (1)
    • Agustus (2)
    • Maret (1)
  • ►  2015 (31)
    • Desember (1)
    • November (1)
    • Agustus (3)
    • Juli (4)
    • Juni (2)
    • Mei (3)
    • April (8)
    • Maret (8)
    • Februari (1)
  • ►  2014 (15)
    • September (1)
    • Juli (13)
    • Februari (1)
  • ▼  2013 (7)
    • Desember (1)
    • November (3)
    • Oktober (3)
  • ►  2012 (3)
    • Desember (3)
  • ►  2011 (2)
    • Juni (1)
    • Mei (1)

Popular Posts

  • Rumus Excel Tidak Sama Dengan Hasil Kalkulator
    Hi,  Kamu pernah pakai microsoft excel 2007? Pernah mengalami hal seperti saya? yaitu, hasil di rumus excel tidak sama dengan dengan hasil...
  • Balada Mata Minus-Silinder
    Berawal dari 2 bulan lalu saat mengganti kacamata minus (-2) saya dengan yang baru. Karena pandangan jauh juga sudah agak kurang nyaman, jad...
  • Melacak Keberadaan HP Android
    Kenapa HP Andro kita harus dilacak? Bisa jadi ketinggalan, ada yang ngumpetin, lupa naro dimana, dicopet, dirampok, dicuri (Mudah-mudahan ...
  • Kenang Bidari
      pic source   “Kriiikk… duk”, suara pintu terbuka dan tertutup kembali. Pak Umar yang sedang mengepel teras kelas kaget. Ia langsung...
  • The Proposal
    Sumber Gambar : Kata teman-teman saya, posisi saya dikantor sudah enak, sudah nyaman. Masa sih? kok saya tidak merasa begitu ya. ...
  • Sang Mantan
    sumber gambar Pesona kota yang dijuluki paris van java ini memang mampu memanjakan mataku namun hati ini tetap saja sama, hambar. Set...

Total Tayangan Halaman

FB Page

IG: @wildahurriya

Twitter

Tweets by hurriyawilda
Copyright © 2015 Wilda Hurriya

Created By ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates