Hitam yang Berlengan

https://pixabay.com/id/photos/tangan-bersama-doa-masyarakat-5216585/


Petang yang menuntun tatapku untuk melihatmu lebih dalam
Lagi-lagi sebuah tanya yang diselumuti ketakutan
Aku berjalan di belakangmu dengan ragu
Namun apa semua terhubung dengan masa kini

Dan waktupun mengajariku tentang sebuah keberanian
Tak hiraukan resah, takut, dan aneh yang berkecamuk
Semua harus terungkap bersama pengorbanan
Dalam kurun waktu yang tak kenal sesal

Senjapun memberiku satu ruang untukmu
Untuk mengenal lebih dalam arti hitam
Dan mencoba melukiskannya di lembar putih yang dalam
Semua pun berjalan pelan

Mungkin semua tak serumit yang kubayangkan
Namun tak terhindarkan rasa yang memang sulit melebur
Menyatu dalam bingkisan perjalanan
Dan menjadi kebersamaan yang hampa

Karang di lautan masih dihempas ombak pasang surut
Pasir berdesir melengkapi nyanyian biru
Kapalpun mengalah pada pesisir pantai dan menepi
Tapi aku disini, tetap tak ingin pergi
Walau sakit terus merajai hari

Daub-daun berguguran melepas masanya
Semua jatuh dengan layu bersama perintah waktu

Bukan ingin sang kayu untuk meraja
Sekedar ongkos untuk pengorbanan
Dia hanya pinta satu kejujuran

Kembali ku reguk dua sisi yang bermakna
Kembali pula ku genggam rahasia yang tak pernah kubagi dengan kemunafikan
Hingga kafan membungkusnya

Maaf jika rasa untuk memiliki tak pernah ada pada aku
Namun yang lebih dalam bukanlah itu
Melainkan jiwa yang selalu berdoa demi kebaikan

Tak ada yang berubah dan semua tetap sama
Menjalani untuk memenuhi penyesuaian

Dan tetap aku malas untuk bersuara

Wilda Hurriya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar