Ketidakpekaan atas ketidakpekaan
Musim dengan segala keangkuhannya
Terus berperan sebagai penjaga cinta
Masih dengan senyum yang bersembunyi
Engkau bergerak dalam ruang yang dingin
Engkau bermimpi dalam tidur yang nyata
Engkau bermain dalam taman birumu
Engkaupun merangkul lautan
Yang akhirnya akan menenggelamkanmu
Entah waktu yang mana yang memperkenalkanmu
Semua yang kupikir sudah tertata, ternyata sama
sekali belum menyentuh
Hingga akhir perjalanan musim yang luluh oelh
senja dan kebersamaan
Kita tertawa dalam kemarahan
Terus hingga singgah di pelabuhan kebutuhan
Akankah semua buyar dengan kebosanan
Atau memang sudah tak ingin
Tahukah engkau…
Bagiku kau adalah sebuah buku dengan 101
halamannya
Namun hanya menuliskan 2 paragraf
yang masing-masing membicarakan tentang
panas dan dingin
kobaran dan gemercik, membakar dan membanjiri
dan tahukah engkau
Bagiku kau juga sebuah tanda Tanya
Tanda tanya tanpa sebuah pertanyaan
Kuburan yang masih basah
Baru kemarin tangis itu mati
Kini luapan bara dari pikir dan rasa
sudah tak tertahankan
Kau pun melangkah laksana hakim tanpa sebuah
perkara
Kau adili aku kala jiwamu tak satu
Hingga takkan pernah adil dalam masa, musim dan
waktu
Entah…
Dengan kerutan di kening dan topangan dagu oleh
kedua tangan
Menggambar rasamu, menyelidik kasihmu,
menggenggam pengertianmu
Pada ruhku yang masih didepanmu
Adakah itu semua ku temui
Dapatkan aku mejamah harimu
Yang dulu dan kini
Rasa, kasih, pengertian
Seorang asing terhadap orang asing
Kamar pikir yang luas untukku
Masihkah ada?
Geramku menyimpan baris syair tak bernada
Begitu peluhpun menjadi tamu yang tak diundang
Mataku menangis
Mulutku bersua
Aku sakit
Bagiku perih tergores belatimu
Kau takkan mampu mengerti
Mungkin karena kau memang tak ingin mengerti
Terserah…
Hinalah aku, cacimakilah aku, goyangkan
ketegaranku
Robohkan jasadku, kalau perlu bunuhlah aku
Dan itu lebih baik dari ukiran pilu oleh
pengetahuan seni pahatmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar