Banjir


Tuhan, Baru saja aku hendak mengeluh kepada hujan

Ia semakin tidak mengenal musim
Kakiku (masih) gatal-gatal setelah membersihkan lumpur 
Yang datang bersama gerombolan air berwarna coklat 

Namun, Engkau langsung menjawab keluhanku
Sampah yang pernah aku sembarangan membuangnya
Datang kembali kepadaku
melalui banjir ia menyapa
Seperti menjulurkan lidah - meledekku 

Bungkusan plastik berwarna merah muda
Masih jelas tulisan nama toko tempat aku berbelanja
Hatiku bergemuruh

Tuhan, jika ada seribu aku yang sembarang ini
Seribu sampah plastik meledek ria di atas air kali yang meluap

Aku malu kepada hujan yang tak bersalah itu
Aku sambut banjir malam ini dengan lelah dan rasa bersalah


Wilda Hurriya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar