Di sudut ruangan berukuran dua kali dua meter Ester dan Peter berdebat.
Mereka mempermasalahkan tentang tempat terbaik menyimpan harta karun mereka. Sebagai anak-anak, mereka memang senang sekali bermain. dan berburu harta karun adalah permainan favorit mereka.
"Ester, sekarang tempat ini bukan tempat yang aman untuk menyimpan harta karun kita" "No, Peter, tempat ini tempat terbaik, bahkan popi momi jarang sekali ke ruangan ini" "Ah, tetapi aku memiliki firasat buruk tentang ruangan ini, ruangan ini terlalu bersih untuk disebut sebagai Gudang".
"Sejak si Mbok kerja dirumah ini, seluruh ruangan memang selalu bersih. Tetapi dari semua tempat, ruangan ini yang terbaik". Ditengah perdebatan, dari kejauhan terdengar suara popi momi minta tolong. Ester dan Peter saling melirik. Mereka memasang telinga mereka sambil menebak apa yang terjadi dengan popi dan momi.
Suara kegaduhan semakin terdengar jelas. Suara-suara itu semakin mendekat. "Anak-anak cepat bersembunyi", Popi dan Momi tiba-tiba masuk ke dalam gudang dengan nafas terengah-engah.
Belum sempat mereka bersembunyi, si Mbok datang dengan memegang tongkat sapu dan pengki. Dia terlihat sangat siap untuk berburu.
"Walah maaang... disini ternyata tempat persembunyiannya. tolong siapin kantong plastik", si Mbok meminta bantuan rekannya
"Modar maraneh, beurit-beurit" Ester, Peter, Popi, dan Momi berlarian ketakutan.
Fa, daritadi Apak perhatikan kamu melamun saja, ada apa?”
Fa adalah salah satu dari kumpulan kutu-kutu putih yang tinggal di pohon srikaya. Anak kutu dari ketua kutu disana.
Fa memandang lekat mata Apaknya, wajahnya tampak serius, lalu sejurus kemudian memasang wajah melas.
“Apak, aku menginginkan sari ajaib dari pohon ini, tolong berikan aku setetes saja”
Apak Fa terkejut, “untuk apa kamu mengingikan sari ajaib itu? Lagipula umurmu belum cukup untuk menyerap sari itu”
“umur Fa memang belum cukup, tapi Apak bisa menyerap sari itu dan memberikannya ke Fa, kan?”
Kali ini Apak memandangi anaknya lekat, mencoba memahami fikirannya
“Fa ingin pergi kesana”
Fa menunjuk ke arah timur, sepetak taman bunga
“kamu ingin menjadi kupu kupu?” Apak akhirnya menebak inti fikiran Fa
“Aku mohon Apak, ini adalah Hoppu-ku”
Hoppu adalah perayaan bangsa kutu putih bagi anak-anak kutu yang hendak dewasa dan cukup usia untuk menyerap sari-sari pohon tempat mereka tinggal. Sebelumnya mereka para anak kutu boleh meminta sesuatu yang paling diinginkan. Dan Apak mereka harus mengabulkannya.
Biasanya permintaan anak-anak kutu pada acara Hoppu kebanyakan adalah dibuatkan rumah rahasia untuk berlindung agar ia bisa bersembunyi jika ada bahaya. Mereka tidak mungkin membuatnya sendiri tanpa bantuan Apaknya.
Sebagai Apak sekaligus ketua kutu disana, tidak mungkin rasanya menolak Hoppu anaknya sendiri. Itu seperti menentang takdir. Dan hal itu sangat tabu bagi mereka khususnya bagi mereka yang sudah menjadi Apak.
“Baiklah Fa, Apak akan mengabulkan Hoppu-mu, asal kamu berjanji untuk kembali setelah 3 hari”
“Tidak bisakah lebih lama dari itu?”
“Tolong jangan mencoba untuk melebihi masa 3 harimu, atau kamu sama sekali tidak bisa kembali”
“Baiklah, Fa janji akan kembali setelah 3 hari”
Setelah Fa meminum sari ajaib itu, Fa pun meringis kesakitan. Setengah jam kemudian Fa pun sudah terbang bebas menuju taman bunga yang ia impikan itu.
Fa menikmati masanya menjadi kupu kupu. Terbang bebas kemanapun ia mau. Dan yang paling ingin Fa lakukan adalah bersahabat dengan bunga-bunga. Membantu proses penyerbukan dan melihat mereka bermekaran. Fa pun cepat akrab dengan bunga-bunga juga kupu-kupu yang lain.
Dua hari berlalu, hari terakhir Fa di taman ini. Malam ini Fa harus kembali.
Namun, masalah besar muncul. Bunga-bunga di taman itu layu. Mereka tidak lagi menari-nari bahagia seperti yang sering dilihat Fa dari kejauhan. Saat ini mereka seperti sedang sakit, sekarat.
“Ada yang tidak beres!” , Seekor kupu-kupu besar yang memiliki lima paduan warna di tubuhnya membuka rapat kupu-kupu malam ini.
Fa hanya mendengar sekilas. Ia tidak bisa mengikuti rapat, karena harus bersiap untuk pulang. Ketika hendak terbang, tiba tiba Fa dihadang oleh gerombolan kupu-kupu
“Mau pergi kemana kamu Kupu-kupu terkutuk?”
Fa sangat kaget, kata terkutuk telalu kasar untuk keluar dari mulut kupu-kupu cantik
“A…a…aku hanya ingin pulang”
“Katakan, apa yang telah kamu lakukan pada bunga-bunga ini?”
Fa kebingungan, “Aku tidak melakukan apapun”
“Sudah, kurung saja dulu kupu-kupu terkutuk ini”
Gerombolan kupu-kupu pun mengurung Fa di dalam batok kelapa. Fa tidak memiliki banyak waktu
Hari ketiga pun berlalu, Fa mati dalam batok kelapa. Sedangkan bunga-bunga di taman kembali hidup bermekaran seperti sedia kala.
Di sudut pohon srikaya, Apak Fa tak henti-hentinya menangis "Fa, seharusnya kamu hanya menjadi kupu-kupu tanpa bersimbiosis dengan bunga-bunga. Karena sejatinya kamu adalah kutu-kutu bukan kupu-kupu"
Keluarlah, lampaui gagasan sempitmu tentang benar dan salah. Sehingga kita dapat bertemu pada “Suatu Ruang Murni” tanpa dibatasi berbagai prasangka atau pikiran yang gelisah (Rumi)