Kau bilang sangat menyukai laut. Kau memang tidak mengatakannya langsung kepadaku sebagaimana juga hal-hal lainnya. Namun, dari balik dinding kamar aku pernah mendengar kau bicara tentang itu; tentang keinginanmu berdiri di depan laut dan kau menyaksikan ikan-ikan berlompatan. (dari cerpen karya Yetty A.KA - Tentang Kita Dan Laut)
Sudah hampir satu dasawarsa aku
menghuni rumah pesakitan ini tanpa sekalipun merindu kebebasan. Sampai ketika
kau datang dan menjadi penghuni sel sebelahku. Kau selalu berbisik pada angin
yang tersisa di sel lembab itu. Berkali-kali menyenandungkan syair tentang
laut, laut, dan laut. Ternyata itu bukan sekedar senandung, itu adalah kodemu
pada alam.
Sejak aku mengetahui keinginanmu
tentang laut, otakku terus menguras segala kemampuannya. Menjangkau memori dan perhitungan
sebab akibat. Seringkali aku terjaga sampai dini hari. Meski mata ini terpejam
sesungguhnya ia tak menarik diriku ke alam mimpi sedetik pun. Baru ketika
matahari mulai mengetuk langit fajar, seluruh inderaku terlelap.
Sudah hampir dua minggu ritme hidup
tak normal ini berlangsung. Sampai pada satu malam yang terasa lebih panjang.
Otakku bekerja dengan lebih encer, mungkin karena menu irisan daging tadi
siang. “Ah, mengapa tak terfikir dari kemarin” gerutuku pada pantulan samar
diriku di jendela kaca kusam.
Malam ini juga aku akan menemuinya,
tetangga satu bangsal yang paling berisik. Senandungnya membuatku mulai merindu
kebebasan. Angin kebebasan yang pernah kuhirup dalam candu. Meski itu berarti
aku harus bermandikan peluh dan darah.
-WHM-
Remake paragraf pembuka dari cerpen Yetty A.KA menjadi FF baru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar