Awal desember dua ribu dua satu
Gunung Semeru kembali menderu
Apakah mahameru marah atau sedang gelisah?
meratapi bumi yang semakin renta
Gunung Semeru kembali menderu
Apakah mahameru marah atau sedang gelisah?
meratapi bumi yang semakin renta
Daun-daun tertunduk lesu
Mata air mulai berubah hawa
Binatang pun keluar dari hutan
Bukan alam tak memberikan tanda
hanya terkadang manusia yang tak peka
Muntahan erupsi bergumpal-gumpal
membawa isyarat duka yang mendalam
Namun, ketika semua tampak menjadi kelabu
ternyata masih ada jingga yang menyatu
Sebuah warna indah di sudut rumah
dua raga berpelukan saling mengasihi
raga yang telah mati namun tetap hidup
hidup, di hati para perindu surga
yang katanya berada di bawah telapak kaki Ibunda
Rumini, namamu melangit bersama doa
bakti dalam erupsi menggetarkan jiwa
dan untukku yang sedang terduduk di sini
sebuah tanya bergelantung di ujung hati
Jika itu aku, apakah aku tetap tinggal di sisi Ibu dan mati
atau berlari jauh mencari harapan untuk hidup?
Wilda Hurriya
Jakarta, 8 Desember 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar