Sketsa Tembang Sunyi

 

(i)

malam ini, insomnia menarikku

ke ruang asing geometri

penuh corak warna, ribuan garis imajinasi

bersilangan membentuk cerita baru

kulihat ada satu titik, lebih pekat dari hitam

samar-samar siluet perempuan
menjelma ibu yang telah rebah abadi

kubiarkan masa remaja singgah

membawa lukisan beraroma melati

(ii)
hening ini memecah rindu

bercerai berai di pelataran ingatan

tersisa satu paling masygul
tentang senyum yang merekah di sepanjang kemarau

entah milik siapa

sungguh,
sunyi dapat menjadi riuh paling membunuh

adakah yang lebih merah dari darah?

orang-orang telah pulang, tak ada lagi lalu lalang

tinggallah aku dan sepotong doa

(iii)

kepada sketsa yang turut terjaga malam ini

sampaikan salam kepada sang perupa

jangan berhenti menerjemahkan kebenaran
meski redam di balik tembok kekuasaan

teruslah melahirkan anak-anak jiwa yang tulus dan berani

kanvasmu, menyerap segala kisah, tenggelam ke alam bawah sadar, mimpi,

serta pencarian jati diri 

lewat campuran warna di ujung kuas itu,
aku titip satu pertanyaan,
jika sunyi dapat dilukiskan, warna apa yang hendak kau pilih?

Wilda Hurriya
Jakarta, 20 Agustus 2024


Wilda Hurriya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar