Wilda Hurriya
  • Home
  • Review
    • Buku
    • Film
    • Teater
  • Fiksi Mini
  • Puisi
  • Random
  • Family
  • Techno Explorer
sumber gambar :


Sudah setahun setelah kejadian aneh itu terjadi, aku sering sekali bermimpi mengenai sebuah kendi. Entah kendi apa, setiap kali aku hendak mendekati kendi itu mimpinya buyar. Buyar oleh gumpalan ombak besar yang meluluh-lantakkan perahu-perahu nelayan di pesisir pantai. Aku pun terjaga di sepertiga malam yang dingin.

***
Aku teringat dengan sebuah buku tua yang pernah aku bawa dulu. Mencari lembaran-lembaran yang dapat menerangkanku mengenai kendi tersebut. Dan kemudian aku tersentak ketika di lembar berikutnya aku melihat gambar sebuah kendi yang begitu mirip dengan kendi dalam mimpiku. Sebuah kendi yang ternyata berisi air keabadian. Gunung Mandara yang tingginya sebelas ribu *yojana dijatuhkan ke laut Ksera sebagai tongkat pengaduk samudera yang sangat luas dan dalam itu. Setelah usaha maha hebat diusahakan untuk mengaduk-ngaduk samudera, akhirnya keluarlah Dhanwantari membawa kendi berisi tirta amerta.
***

“Atharwa… tolonglah aku, tolong” suara itu berteriak memanggilku. Aku mencari-cari asal suara itu. Sebuah lorong besar menarikku masuk ke dalam. Disana aku bertemu Anggabaya, seorang yang berkuasa di masanya. Aku menemukan dirinya sedang duduk diatas singgasana dengan mata yang sembab. Mataku terhenti pada sebuah benda di sebelahnya, Kendi tirta amerta.  “Atharwa, tolong bawakan aku kehidupan abadi yang sebenarnya”. “Apa maksudmu Anggabaya?” Anggabaya menjawab pertanyaanku hanya dengan menunjuk ke arah jendela. Disana terlihat lautan terbentang luas.

“Aku sudah tua dan tidak mampu berjalan, namun aku akan terus abadi” Dia berbicara sambil menatap ke arah kendi. Aku mengerti maksudnya. “Baiklah, aku akan coba menolongmu”. Aku pun berlari keluar mendekati lauan luas itu. “Laut Ksera”. Tempat ini tidak asing bagiku. Segera aku dorong perahu layar ke arah lautan aku dayung sampai ke pulau sangka.  Selain tirta amerta, saat samudera diaduk-aduk oleh para dewa dan raksasa, racun mematikan yang disebut halahala menyebar. Dan racun  itu berada di perairan sekitar pulau sangka, tempat gunung mandara berada. Aku segera mengambil air halahala sekitar pulau itu ke dalam kendi yang sudah aku siapkan dari tempat Anggabaya.

Setelah selesai aku segera berlayar kembali ke tempat Anggabaya menungguku. Menunggu harapan, sebuah kehidupan baru yang lebih abadi. “Ini, air halahala pulau sangka” Aku membantunya mengeguk air tersebut. Sebelum ia menghabiskan air tersebut, ia menatapku dan berbisik padaku “Terima kasih Atharwa, Engkau telah menolongku pergi dari kehidupan abadi yang menyesatkan ini” kemudian dia mereguk kembali air tersebut. Beberapa menit kemudian, Anggabaya menghebuskan nafas terakhirnya.

***

Suara kokok ayam membangunkanku.
Lengan baju dan ujung celana panjangku sedikit basah. Aku dapati pasir-pasir menempel di telapak kakiku.



Catatan :
*Yojana : Nama kesatuan ukuran jarak (4 kresa = 9 mil Inggris = kurang lebih 15 km )



400 kata (diluar catatan kaki), meramaikan Prompt#31 Tirta Amerta
Terinspirasi dari cerita Liontin Atharwa



3
Share
sumber gambar

Pesona kota yang dijuluki paris van java ini memang mampu memanjakan mataku namun hati ini tetap saja sama, hambar. Setahun berlalu namun wajahnya masih saja menari-nari di alam fikiranku. Olivia, seorang gadis berparas oriental memutuskan hubungan yang sudah kami bangun sejak kuliah semester pertama. Dia dijodohkan orang tuanya dengan pengusaha muda asal Jakarta. “Ando, ngapain lu bengong aja, ikutan nyebur sini, segerrr”, seru Yoga yang sudah basah kuyup. “Males ga, gue mau cari inspirasi aja di depan”, aku berlalu meninggalkannya, membawa gitar dan beberapa lembar lirik lagu yang belum rampung.

“Oh mantan kekasihku
Jangan kau tinggalkan aku
Bila suatu saat nanti kau merindukanku
Datang… (Cepat) datang padaku”
(lyla – mantan kekasihku)

Lagu kebangsaanku setahun terakhir ini. “Cupu lu ndo, nyanyi lagu itu terus, move on dong bro”, suara Yoga terdengar sampai ke depan. Aku tersenyum getir. Kembali aku fokuskan diriku menyelesaikan syair lagu yang akan dibawakan band-ku di acara Ganesha Musical Opening Act Audition (GMOAA) minggu depan. Dan band gue melarang para personilnya untuk galau. Yang galau ke laut saja. 

___

Acara GMOAA dimulai pukul  19:00, namun sudah sejak sore, depan Gedung New Majestic di jalan Braga sudah tampak ramai dari biasanya. Beberapa festival di gelar di sepanjang jalan. Pukul 18:15 kami sudah tiba di tempat acara, kami menunggu dengan penuh semangat. “Ando n Friends”, band kami akhirnya dipanggil untuk tampil. Kami pun memberikan penampilan terbaik kami.

Di bawah panggung selesainya kami tampil, “Aa ando”, suara lembut itu memanggilku, suaranya menyelinap masuk ke dalam rongga hati. Aku menoleh, seketika aku terpatung menatap seorang perempuan yang sudah meluluh lantakkan hatiku setahun ini. “Olivia”. Perempuan itu tersenyum. “Aa ando, aku bukan Olivia, aku saudara kembarnya, namaku Sophia, salam kenal a’”, Sophia mengulurkan tangannya. Aku pun meraih tangannya perlahan. Rasanya sama persis ketika aku berkenalan dengan Olivia, hatikupun begitu.  


4
Share
Sumber Gambar:

Aku terpental beberapa depa “Bumm… Bukk…”. Liontin itu seperti melemparku. Aku yakin sekali dorongan kuat itu dari liontin yang aku genggam dan sekarang tergeletak di lantai. Ya, di lantai, namun bukan lantai ruang kamarku. Lantai ini kotor penuh debu. Buku-buku berserakan diatasnya juga tertutup debu.

Mataku menyapu seluruh ruangan perlahan dan berhenti pada sudut ruangan dimana terdapat Lemari tua dengan delapan daun pintu berukuran kurang lebih 40cm x 40cm. Beberapa pintu sudah terbuka, dua pintu masih tertutup rapat. Ruangan ini suram, hanya mendapat sedikit cahaya dari celah-celah ventilasi kecil yang diselimuti sarang laba-laba. Di tengah ruang ada tiang kayu penyanggah. Lampu tua menjulang rendah, masih menyisakan cahaya 5 watt. Lemari tua, meja tua, semua terlihat usang dan berdebu.

Aku melangkah perlahan ke arah lemari berpintu delapan tadi. Mataku nanar menangkap tulisan dalam aksara jawa di setiap pintu lemari tersebut. Semakin dekat, semakin jelas. Beberapa huruf dapat aku pahami. Pelan-pelan aku mengeja, terdapat sebuah nama “Anggabaya” yang berarti orang yang berkuasa. Aku telusuri seluruh daun pintu, semua bernama. “Ararya”, “Aruna”, ”Balakosa”, “Balin”, “Gandewa”, “Bhadra”, terakhir pada daun pintu paling atas aku mengeja “A-thar-Wa”, aku mengerutkan dahi, namaku tertulis disana.

Aku mencoba membuka pintu lemari yang tertulis namaku itu. Terkunci. Begitu juga pintu yang tertulis “Bhadra” juga terkunci. Lainnya terbuka, aku hendak menutupnya namun terasa berat, tidak dapat tertutup. Kali ini dengan sedikit tenaga. “Bruukkk…” aku terkejut. Aku fikir pintu itu tertutup. Tetapi tidak, masih terbuka, suara itu berasal dari luar. Hah, aku baru menyadari bahwa ada pintu masuk. Seperti ada yang hendak masuk ke ruangan ini. Segera kusembunyikan diri di sudut lain. Aku melihat liontinku yang tergeletak. Segera aku ambil, sempat kulihat sebuah buku yang tergelak di lantai, kuraih juga.

Menyudut, bersembunyi dibawah meja tua yang sudah rapuh. Belum sempat aku melihat siapa yang masuk. Aku sudah berpindah tempat. Kembali berada di kamarku. Aku terperangah. Diam dalam kebingungan yang meraja. Liontin dan buku tua itu masih digenggamanku. Aku mulai mengikuti ritme kejadian aneh ini, sebuah misteri yang sudah turun temurun ini harus diselesaikan.

Keenam pintu yang terbuka itu adalah lorong waktu untuk setiap nama yang tertulis disana. Tersisa dua pintu lagi, dua nama lagi segera menyusul. Salah satunya adalah aku, Atharwa. Dari buku itu aku mengetahui bahwa “Ararya”, “Aruna”, ”Balakosa”, “Balin”, “Gandewa”, “Anggabaya” adalah pemegang  liontin sebelumnya. Mereka tidak berhasil melawan ujian kehidupan dan mereka tersesat. Mereka kesulitan mencari jalan terang, semua jalan tertutup oleh nafsu, amarah, keserakahan, dan kesombongan.


399 kata
wilda hurrya | 071113 5:08 pm | ditengah kesibukan kerja:P


  
3
Share
Sumber Gambar :


Ingin sedikit berbagi cerita horror yang saya alami sendiri. Tidak terlalu menyeramkan sih, tidak seperti pengalaman horror saya sebelumnya.  :D

Jumat siang di toilet wanita Gedung Nyi Ageng Serang Lantai 7. Kalau yang sering kesini pasti tahu kalau ini adalah Perpusakaan Umum Daerah (Perpumda) DKI  Jakarta.  Siang itu di toilet hanya ada saya sendiri. Selesai saya menuntaskan hajat kecil, saya bercermin, memastikan kalau jilbab saya masih rapih. Maklum setelah berkendara motor menggunakan helm kadang jilbab jadi berantakan.



Namun, baru saja saya hendak merapihkan, hand dryer di sebelah saya berbunyi sekali. Agak sedikit kaget, tidak ada orang lain. “mungkin mesinnya sedang bermasalah” gumam saya dalam hati. Saya melirik ke arah hand dryer. Sunyi. Kembali saya mulai merapihkan. Saya mencoba memecah kesunyian dengan bernyanyi.  Baru kata pertama saya lantunkan hand dryer di sebelah saya kembali berbunyi. Berbunyi 3 kali dengan nada lebih tinggi dan lebih cepat dari sebelumnya. Seperti orang yang mengeringkan tangan tetapi sedang marah. Dan disusul kemudian garfu yang sudah bengkok ujungnya jatuh.  Kali ini sunyi senyap. Saya langsung mengambil garfu yang jatuh dan segera keluar. Entahlah, saat itu saya yakin. Siapapun yang ada disana sedang tidak ingin diganggu. 
0
Share
http://weheartit.com

5 tahun mengenalnya selaras dengan pengenalanku terhadap aroma coklat yang selalu ia seduh setiap kali kami selesai bercinta. “Wow besar sekali,” serunya sambil pelan-pelan ia mengupas kulit pisang berukuran jumbo. “Melon ini juga besar,” kali ini aku berseru sambil merapatkan melon itu ke dadanya, membisikan rayuan semanis coklat, turun ke lehernya yang masih menyimpan aroma voyager eau de toilette. Aku mengecupnya mesra, berulang kali.

Seperti menghadiri undangan jamuan peri surga, kami berdua terbang tinggi ke langit ketujuh. Tubuhku dan tubuhnya seperti coklat yang sedang dalam proses temper, meleleh. Bibirku habis dilumat oleh bibirnya yang sensual, berkali-kali sambil tak henti jemari lentiknya meremas-remas paha dan juga bagian diantara kedua pangkal pahaku. Aku mengerang. Dia tersenyum nakal. Aku membalas menindihnya, Ini bagian kesukaannya, kemarin perempuan ini dengan manja memintaku untuk menyusu. 

Malam ini adalah malam perpisahan sementara kami. Perempuan pecinta coklat akut ini pamit pergi. Dia bilang ada urusan bisnis keluarga. “Hanya beberapa bulan sayang, setelah itu aku dan kamu, bercinta lagi,” ujarnya setengah berbisik. Aku hanya tersenyum. “Aku mencintaimu,” aku mengecup keningnya. Dia membalas dengan mengecup bagian dalam pangkal pahaku. Dia melempar kembali piyama yang menutupi tubuhnya, dan kembali menindihku.

9 Bulan kemudian,

Hari yang aku tunggu-tunggu akhirnya datang juga, dia menungguku di café favoritnya. Namun, sesampainya disana bukan peluk rindu yang aku terima malah tumpukan berkas aneh. “Masih saja mengurusi bisnisnya,” keluhku dalam hati. Hujan deras mengguyur Ibukota. Petir bersahutan, angin kencang semakin menjelaskan buruknya cuaca hari ini, seburuk perasaanku.

“Berhentilah mengoceh, nanti kamu tambah kurus. Dan kamu, juga suamimu yang sok iye itu jangan pernah menghubungiku lagi.” Lamat-lamat masih kudengar perempuan itu bicara. Setelah aku memutuskan cukup memaki-makinya, membalikkan badan dan berlalu. Pasti dia fikir aku berhenti karena ancamannya itu. Seperti dia mengira aku akan menerima semua alasannya yang tidak masuk akal. Biar saja, buang-buang waktu dan tenaga kalau diteruskan bicara dengannya. Dia tidak cukup cerdas untuk beradu bahasa. Lihat saja, dia ingin coba membalas memaki tanggung benar.

Secangkir coklat panas pelan-pelan habis aku seruput.  Sambil memandangi tampilan mailbox di layar laptop, sesekali aku pelajari berkas yang aku salin tadi siang.

Sent folder;

Dear  Marissa,

Perempuanku yang selalu kurindukan. Maaf atas sikapku tadi. Aku tahu tentang hubungan kerja ayahmu dengan suamiku. Tenanglah, aku akan meminta suamiku mengalah untuk tender itu. Kamu tahu itu mudah saja bagiku. Datanglah ke apartemenku, aku telah menyiapkan cocoa mix untukmu.

With love

Your donna



2
Share
Sumber Gambar :

Saatnya pekerjaan dilempar ke ruang singgah sementara…

Memilih tempat yang nyaman untuk makan siang hari ini. Rasanya penat menyelimuti ruang kepalaku. Aku butuh terapi air. Setu babakan dalam sketsa. Hamparan air tenang di cawan danau. Berbisik angin semilir mengajak kantuk, amboi suasana teduh. Perutku meminta haknya diisi masak lauk nasi dan segelas air pelepas dahaga
Ku hantarkan kaki ke pondok makan langgananku. Duduk bersandar di kursi kayu tua. Memasang mata jauh memandang keindahan danau. Berkali-kali menyapu lukisan alam itu. Subhanallah…. Sambil terayun-ayun membaca status fb di layar BB baruku.
Menit-menit berlalu dengan irama yang menyenangkan. Perutku sudah tersenyum, penatku pun mulai memudar.

Namun,
Di menit kemudian, sesuatu merusak pesta kecilku hari ini. Sosok pria yang sangat ku kenal memarkirkan motor gedenya, om ku menggandeng mesra seorang wanita , bukan tanteku. Mataku terbelalak, aku panik. Segera aku balikan wajahku bergeser dan bersembunyi di balik sekat bambu. Ku lunaskan semua pesta ku ini. Dan mencuri-curi kesempatan untuk menjauh. *Teringat cerita tanteku, dengan isak tangis dan tubuh penuh luka dia mengadu tentang perlakuan suaminya yang kasar.

Kutarik nafas lega, menjauh dari mereka tanpa perlu diketahui. Yakinku. Segera ku gas motor matic ku pergi menjemput ruang sementara yang tadi kutitipkan pada angin.
Kembali  dalam rutinitas pekerjaan. Mulai ku setir kembali fokus di titik ini  menafikan penghancur pestaku.

BB ku bernyanyi, avril lavigne  - when you’re gone. Sms masuk, kubaca dengan malas : “ tadi gue liat lo. Awas lo kalo lo berani ngadu sama rana, gw bunuh lo !!!”
*Teng… Tante rana sering juga cerita, suaminya itu juga sering mengancam untuk membunuhnya.
 “huaaa psikopat gila!"

0
Share
Sumber Gambar :

Pada suatu pagi yang cerah dan juga gerah. Bagaimana tidak? keringat pak kumis bercucuran karena tunggang langgang dikejar-kejar anjing. Itu mah bukan gerah aja, tetapi juga dag dig dug der kali. Anjing mana pun akan melakukan hal yang sama jika melihat ada orang asing ngintip-ngintip gak jelas ke rumah majikannya. Kecuali anjingnya lagi tidur pules. Niat hati hendak melihat janda cantik apa daya anjing yang menggonggong. Pada akhirnya pun Pak kumis berhasil lolos dari kejaran anjing dan sampai dengan selamat sentosa plus basah di kantin sekolah. Pak kumis datang kepagian, memang diniatkan dari semalam untuk lewatin komplek demi melihat si janda cantik itu. Tetapi memang dasar Pak kumis sedang sial. 

Dan untuk melengkapi kesialannya pagi ini, berikut adalah kisahnya, jreng jreng; Lapak kantin pak kumis berantakan dan wow… ada segepok duit di pojokan, #ngarep.com. kalau judulnya satu lagi kesialan tentu bukan hal yang menggembirakan bukan. Yup terlihat tai kucing beserta kucingnya yang masang tampang innocent tampak lega sekali. Sepertinya si kucing baru saja melunaskan hajatnya. Kontan pak kumis marah-marah sambil menutup hidungnya yang dijangkit bau aroma terapi. “kucing sialan, gue kasih ke anjing lo… berak sembarangan di kantin orang, lo gak bisa baca apa tuh toilet di sebelah sono…” cerocos pak kumis penuh dengan amarah. Mungkin dalam hati si kucing bergumam “kalo gue bisa baca, gw udah jadi Kepala Sekolah kaliii”. 

Tanpa permisi lagi pak kumis langsung menyerok si kucing beserta pupnya ke kardus. Dibawanya ke lapak sebelah sambil celingukan melihat situasi. “hmm aman… nih tempat baru lo, gak usah mampir2 lagi ke tempat gue, daaah”. Pak kumis melambaikan tangan ala miss universe ke arah si kucing. Situasi sekolah mulai tampak ramai. Karyawan lapak kantin yang lain juga mulai berdatangan. Mulai dari bang jokir bagian minuman segar dan tawar, emak susi yang jadi jagoannya soto betawi, ya begitulah tulisan yang terpampang di gerobaknya, “EMAK SUSI JAGONYA SOTO BETAWI”. Terakhir Pak jenggot yang datang agak kesiangan dari biasanya. Pak jenggot menyapa semua karyawan kantin dengan senyuman khas Pak Jokowi. Senyuman saat menjadi pemenang pilkada DKI Jakarta tahun 2012 ini . Setiba di lapaknya, Pak jenggot disapa oleh aroma terapi yang pagi tadi hinggap di hidung Pak kumis. Pak kumis langsung nyeletuk “Tuh kucing emang gak punya otak, boker sembarangan. Sabar aja pak, siapa tahu tuh kucing membawa berkah”. Pak kumis tersenyum meledek. Pak jenggot yang tidak banyak bicara itu langsung membersihkan tempat dagangannya. Kini aroma terapi yang tidak sedap berubah menjadi lebih wangi karena Pak jenggot membersihkan semua media yang terjangkit dengan wewangian. Karyawan kantin lainnya sibuk dengan lapaknya masing-masing. 

“Chal Chaiyya Chaiyya Chaiyya Chaiyya … Chal Chaiyya Chaiyya Chaiyya Chaiyya …”. Ring tone bel sekolah pun berbunyi memecah kesunyian jagat raya. Bagaimana ceritanya sampai bunyi bel sekolah diganti dengan ring tone lagu sharuk khan ini pun masih menjadi misteri, halaaah jeritan tengah malam kali misteri, hiii... Berhembus kabar bahwa Ibu kepala sekolah yang baru diganti seminggu lalu ini sedang hamil dan ngidam lagu-lagu india. Sampai bel sekolah pun dia ganti dengan lagu india. Jiaaah, aca aca pek deee… peraturan ini bersifat mutlak dan tidak bisa diganggu-gugat. Kaya juri Indonesian Idol aja waktu kasih hak veto. Banyak guru-guru yang awalnya protes tapi malah jadi keranjingan lagu india juga. Entah virus ngidam apa yang disebarkan Ibu Kepala yang satu ini. 

Sementara itu di kantin sekolah sudah penuh dengan anak-anak yang kelaparan. Tetapi banyak juga yang hanya nongkrong-nongkrong dengan cukup minum es buah bang jokir. Ada juga yang pasang muka galau sambil ccp (curi-curi pandang) ke emak susi. Berharap dapat soto gratis atau minimal bayar dp dulu 30%. Jadi kalau harga soto Rp. 5000,- bayarnya Rp. 1.500,- dulu, sisanya kalau inget. Hahaha kalah dah KPR (Kredit Pemilikan Rumah). Aneh-aneh saja kelakuan anak-anak ABG ini. Tetapi ada yang lebih aneh lagi, sampai pak kumis sebentar-sebentar garuk-garuk kepala sebentar lagi kucek-kucek mata. Dia heran melihat lapak sebelahnya, yaitu lapak Pak Jenggot yang baru kali itu laris semanis itu. Pak jenggot hanya menjual makanan-makanan ringan, kue-kue kering dan basah yang ringan juga, bahkan minuman juga ringan. Pak kumis memperhatikan bahkan ada anak yang membeli chiki sampai 10 chiki dan itu berarti harganya Rp.10.000,-. Padahal kalau anak ini lapar bisa membeli ketopraknya yang hanya seharga Rp. 5000,- udah dijamin kenyang, paling tidak sampai dia pulang ke rumah nanti. 

30 menit berlalu, dan jam istirahat pun usai. “Apa sedang tren ya, Makan siang pake chiki atau kue lapis?”. Fikir pak kumis sambil memonyongkan bibirnya. Pak kumis pun iseng bertandang ke lapak Pak jenggot. “Wah wah laris manis nih pak, pake jurus apa?”. Pak jenggot hanya tersenyum sambil tetap mengelus-ngelus kucing yang tadi pagi memberikan aroma terapi itu. “Kucingnya disayang-sayang terus pak, awas nanti dikasih pup lagi loh pak” celetuk Pak kumis seperti cemburu karena Pak jenggot tidak terlalu menimpalinya malah merhatiin kucing terus. Pak kumis kembali ke lapaknya dengan lesu. 

Beberapa saat kemudian… 

Ibu kepala sekolah mendadak sidak ke kantin. Pak kumis berharap-harap cemas, berdoa dalam hati dengan khusuk se-khusuk-khusuknya sampai hampir mengeluarkan air mata #lebay.com. “Mudah-mudahan Ibu kepsek ngidam ketoprak, aamiin”. Namun harapan dan doanya tiba-tiba kandas seketika saat bu kepsek melewati gerobaknya. Tetapi tunggu dulu, Ibu Kepsek itu berhenti dan mendekati Pak jenggot yang dari tadi masih mengelus-ngelus kucing. Pak kumis semakin curiga dan bergumam “Masa iya sampai Ibu Kepsek ini ngidam chiki?”. Ternyata kecurigaannya pun tidak terbukti. Ibu kepsek tiba-tiba berteriak senang sambil langsung mengambil kucing yang berada di pangkuan Pak Jenggot. “akhirnya ketemu juga kamu tamagochi-ku sayang, muach, muach”. Diciuminya kucing yang ternyata diberi nama tamagochi oleh Ibu Kepsek ini. Ibu kepsek mengucapkan terima kasih kepada Pak jenggot dan sebagai ucapan terima kasihnya, semua dagangan Pak jenggot diborong tak bersisa. Pak Jenggot senang sekali karena dagangannya hari ini ludes, laris manis tanjung kimpul. Pak jenggot pun berterima kasih kepada Ibu Kepsek dan tamagochinya. 

Setelah Ibu kepsek berlalu dengan wajah sumringrah. Pak kumis kembali mendekati Pak jenggot. Kali ini bukan iseng, tetapi bingung. “Kenapa tadi Bapak berterima kasih juga kepada kucing itu?”. Pak jenggot pun hanya tersenyum. “jiaaah… capek deh paaak, dari tadi nanya cuma dikasih senyuman”. Pak jenggot kemudian mengeluarkan hp nya, “Kucing itu bukan kucing biasa, ini buktinya”. Pak jenggot memperlihatkan video yang membuat Pak kumis tercengang. “Tamagochi Ibu Kepsek goyang koplo…???” Pak kumis bertanya pada dirinya sendiri. “Iya, saya juga kaget. Tadi sewaktu jam istirahat dengan bel versi india itu berkumandang, kucing inipun bergoyang ria”. 

Belakangan baru diketahui kalau peliharaan Ibu Kepsek itu memang BUKAN TAMAGOCHI BIASA. Kucing itu dapat bergoyang koplo jika mendengar lagu chaiya chaiya. Pak kumis pun menyimpulkan sendiri bahwa kucing itu juga dapat memberikan keberuntungan seperti yang dialami Pak jenggot hari itu. Meski Pak Jenggot tidak berfikir demikian. Fikiran Pak Jenggot mah lempeng aja, namanya juga dagang, hari ini laris, besok belum tentu. Tapi pikiran Pak Kumis sungguh random. Tadinya sumpah serapah dilontarkan ke tamagochi Bu Kepsek itu, tetapi kali ini dia memuja-muja seperti layaknya artis bollywood.
0
Share
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

About Me

Keluarlah, lampaui gagasan sempitmu tentang benar dan salah. Sehingga kita dapat bertemu pada “Suatu Ruang Murni” tanpa dibatasi berbagai prasangka atau pikiran yang gelisah (Rumi) 
        hurryawilda [at] gmail [dot] com

Follow me

  • facebook
  • pinterest
  • twitter
  • instagram

Labels

Buku (6) FaMiLy (9) FiksiMini (16) Film (1) PuiSI (25) RanDoM (21) Review (8) Teater (2) TechnoExplorer (4)

Arsip Blog

  • ►  2024 (2)
    • September (2)
  • ►  2022 (1)
    • Januari (1)
  • ►  2021 (17)
    • Desember (11)
    • November (2)
    • Januari (4)
  • ►  2020 (5)
    • Oktober (1)
    • Agustus (1)
    • Februari (3)
  • ►  2016 (4)
    • Desember (1)
    • Agustus (2)
    • Maret (1)
  • ►  2015 (31)
    • Desember (1)
    • November (1)
    • Agustus (3)
    • Juli (4)
    • Juni (2)
    • Mei (3)
    • April (8)
    • Maret (8)
    • Februari (1)
  • ►  2014 (15)
    • September (1)
    • Juli (13)
    • Februari (1)
  • ▼  2013 (7)
    • Desember (1)
    • November (3)
    • Oktober (3)
  • ►  2012 (3)
    • Desember (3)
  • ►  2011 (2)
    • Juni (1)
    • Mei (1)

Popular Posts

  • Rumus Excel Tidak Sama Dengan Hasil Kalkulator
    Hi,  Kamu pernah pakai microsoft excel 2007? Pernah mengalami hal seperti saya? yaitu, hasil di rumus excel tidak sama dengan dengan hasil...
  • Balada Mata Minus-Silinder
    Berawal dari 2 bulan lalu saat mengganti kacamata minus (-2) saya dengan yang baru. Karena pandangan jauh juga sudah agak kurang nyaman, jad...
  • Melacak Keberadaan HP Android
    Kenapa HP Andro kita harus dilacak? Bisa jadi ketinggalan, ada yang ngumpetin, lupa naro dimana, dicopet, dirampok, dicuri (Mudah-mudahan ...
  • Kenang Bidari
      pic source   “Kriiikk… duk”, suara pintu terbuka dan tertutup kembali. Pak Umar yang sedang mengepel teras kelas kaget. Ia langsung...
  • The Proposal
    Sumber Gambar : Kata teman-teman saya, posisi saya dikantor sudah enak, sudah nyaman. Masa sih? kok saya tidak merasa begitu ya. ...
  • Sang Mantan
    sumber gambar Pesona kota yang dijuluki paris van java ini memang mampu memanjakan mataku namun hati ini tetap saja sama, hambar. Set...

Total Tayangan Halaman

FB Page

IG: @wildahurriya

Twitter

Tweets by hurriyawilda
Copyright © 2015 Wilda Hurriya

Created By ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates