Wilda Hurriya
  • Home
  • Review
    • Buku
    • Film
    • Teater
  • Fiksi Mini
  • Puisi
  • Random
  • Family
  • Techno Explorer


Judul             :  Sukses Membangun Toko Online
Penulis           :  Carolina Ratri
Editor            :  Herlina P Dewi
Desain Cover  : Teguh Santosa
Penerbit         : Stiletto Book
Tahun Terbit   : Juli 2014
ISBN               : 978-602-7572-29-4



Seiring dengan perkembangan teknologi dan internet, sekarang ini begitu ramai toko-toko online yang lalu lalang di trafik media sosial. Baik yang menggunakan media sosial itu sendiri atau yang menggunakan web (berbayar atau gratis). Menariknya, tidak sedikit para pelaku bisnis online ini adalah Ibu Rumah Tangga (IRT). Jadi, zaman sekarang ini IRT selain ngerumpi di mall tetapi juga eksis di instagram. Kerennya, eksistansinya di dunia maya ini bisa menghasilkan uang.

Lalu, bagaimana caranya agar demikian? (baca: eksis berduit). Sebelumnya kita harus memiliki konsep bisnis yang matang, kemudian kita bangun deh toko onlinenya. Se-simpel itu? Tidak juga. Membangun toko online itu perlu kemauan dan kemampuan yang mumpuni. Tidak asal, tidak sekedar. Totalitas itu tetap dibutuhkan. Tetap harus kerja keras seperti halnya kita bisnis secara offline. 

Nah, buku ini saya rekomendasikan buat kita-kita yang ingin sukses dalam membangun sebuah toko online. Buku ini menjelaskan dengan detail mengenai point-point yang harus kita lakukan. Bahasa yang digunakan dalam buku ini juga ringan, mudah dimengerti, dan mengalir. Ajakan untuk "learning by doing" nya oke. Penulisnya suka ajak praktek langsung di laptop sambil ngopi. Seru kan? 

Buku ini memberikan tutorial cara membuat situs web toko online di platform gratisan yang cukup user friendly yakni blogspot. Dari cara membuat akun blog sampai kepada antarmuka blogspot itu sendiri. Untuk yang baru kenalan sama blogspot, mungkin terlihat agak ribet. Itu kalau hanya dibayangin. Tetapi kalau dipraktekin langsung, biasanya lebih mudah. Jadi, yang merasa dirinya gagap teknologi alias gaptek, segera buang jauh-jauh pikiran negatifnya tentang kesulitan membangun toko online. Semua dapat dengan mudah dipelajari kok, asalkan kita memiliki kemauan kuat untuk terus belajar dan konsisten.

Setelah berjibaku dengan fitur-fitur blogspot, dalam buku ini juga diterangkan mengenai cara mempromosikan toko online kita. Dan ini adalah bab yang paling saya suka. Dari sini kemudian saya mengetahui bahwa ada virus yang bermanfaat loh. Virus positif ini namanya Viral Marketing. Media sosial seperti facebook, twitter, path, instagram, dll ini dapat kita jadikan lahan dalam menambah networking. Nah, networking inilah yang kemudian akan menjadi jalur promosi kita yang cukup efektif.

Facebook punya fasilitas page dalam memenuhi kebutuhan bisnis kita. Fitur-fitunya sudah disediakan untuk kepentingan bisnis. Maksimalkan performance page kita dengan memposting hal yang berkaitan dengan bisnis. Baik informasi produk baru atau tips-tips yang bermanfaat, tentunya yang ada kaitannya dengan produk kita. Tidak ada lagi tuh status galau atau esmosi jiwa yang meledak apalagi fanatisme terhadap capres tertentu. Hahaha. Tidak lah yaw! 

Selain facebook, twitter juga menjadi favorit. Awalnya saya kurang suka ber-twit ria karena jumlah karakter per pos terbatas. Tidak bisa panjang-panjang. Terlalu sederhana. Namun, ternyata kesederhanaanya itulah yang membuat twitter sangat disukai. Dan twitter sudah terbukti sangat membantu dalam hal promosi. Pemilik brand terkenal pun banyak menggunakan twitter sebagai media untuk berinteraksi dengan followersnya.
 
Tidak lengkap rasanya jika buku ini tidak dibumbui dengan contoh real dari orang-orang yang sukses membangun toko online. Disini ada 3 contoh toko online yakni ;
1. ladakahandicraft.com - Ibu Lusiana Trisnasari
2. rajaundangan.com - Ibu Rahma
3. facebook.com/dapurhangus.page - Ibu Ika Rahma

persamaan dari ketiga contoh toko online diatas adalah didirikan oleh seorang perempuan. Yap, perempuan memang lekat dengan dunia belanja. Tetapi sekarang bukan hanya sekedar konsumen semata, tetapi juga owner. Catet itu, Owner. Sekarang juga, yuk ah atur strategi agar facebook/twitter/instagram/path kita lebih bermanfaat. Tetap bisa eksis dan berduit :)

Semangat Bisnis 2015
@wildahurriya 

                                                                                                                                                                   








4
Share
Judul            :  Pendidikan Anak Ala Jepang
Penulis          :  Saleha Juliandi , M. Si.  Juniar Putri , S.Si.
Editor           :  Dr. Berry Juliandi, M.Si.
Desain Cover : Jasmine Putri Aliva
Penerbit        :  Pena Nusantara
Terbit            :  Oktober 2014
ISBN              :  978-602-1277-19-5

Jepang yang dijuluki dengan sebutan negeri matahari terbit ini dimata dunia dikenal sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai kedisiplinan, kebersihan, kesopanan, dan juga budaya masyarakat yang gemar membaca. Ternyata, membentuk karakter masyarakat yang disiplin dan gemar membaca tidak serta merta lahir begitu saja. Semua nilai-nilai positif tersebut ditanam mulai dari kecil, dari anak-anak.

Jepang menganut sistem pendidikan wajib belajar 9 tahun. Dimulai dari usia 6 tahun (kelas 1 SD). Pemerintah juga berperan aktif dalam meningkatkan kualitas pengasuhan dan pendidikan anak usia dini (PAUD). PAUD tebagi menjadi :

1. Youchien atau yang kita sebut Taman Kanak-Kanak (TK). Lembaga ini berada di bawah Kementrian Pendidikan, Budaya, Olahraga, Sains, dan Teknologi.

2. Hoikuen atau Taman Penitipan Anak (TPA) atau lebih popular dengan istilah daycare. Lembaga ini di bawah Kementrian Kesehatan, Buruh, dan Kesejahteraan. 

Di Jepang, menjadi guru (sensei) adalah profesi yang bergengsi. Predikat sensei hanya diberikan kepada guru dan dokter. Perbandingan jumlah pelamar dan kebutuhan guru TK adalah 4:1. Artinya, setiap satu posisi guru TK diperebutkan oleh 4 orang. Wah, cukup bergengsi ya. 

Menjadi sensei di TK tidak bisa sembarangan. Harus memenuhi kualifikasi yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan. Karena guru di jepang lebih memposisikan diri sebagai pembimbing dan teman (bukan sekedar pengajar) maka selain materi pendidikan, seorang guru juga harus memiliki kemampuan pedagogi dan psikologi.

Begitu juga guru TPA (daycare), seperti halnya guru TK, guru di TPA juga harus memiliki sertifikat sebagai guru pengasuhan. Siap menangani aktivitas bayi dan anak sehari penuh. Para guru bekerja dengan sistem kaizen. Kaizen adalah bagian dari filsafat hidup orang Jepang yakni perbaikan terus menerus.

Seperti halnya guru TK dan TPA, guru SD pun bekerja dengan sistem kaizen. Jam kerja mereka lebih panjang. Kalau perkantoran baru memulai aktifitas pukul 9 pagi, seorang guru SD sudah sampai sekolah pukul 07.30 pagi dan pulang pada pukul 6 atau 7 malam. Bahkan kalau masih harus mengadakan rapat sampai jam 8 atau 9 malam. Dedikasi para guru sangat tinggi baik dari hal waktu, energi, dan pikiran. Wajar jika profesi guru SD merupakan profesi yang cukup bergengsi dan terhormat di Jepang.

Buku ini menerangkan secara detail mengenai jadwal belajar di sekolah dan juga perlengkapan sekolah yang harus disiapkan para siswa. Juga mengenai sistem komunikasi yang diterapkan oleh sekolah dengan para orang tua murid. Anak-anak SD jepang bersekolah dengan berjalan kaki. Selain meningkatkan kebugaran dan kesehatan tubuh, juga bertujuan mengurangi kemacetan, polusi dan kebisingan yang biasa terjadi pada pagi dan sore hari.

Karena sekolah mereka disesuaikan dengan rayon atau jarak terdekat dengan rumah, jadi berjalan kaki tidak menjadi kendala. Masalah keamanan murid bukan hanya menjadi kewajiban orang tua dan polisi saja tetapi juga guru dan masyarakat sekitar pun turut serta membantu dengan menjaga anak-anak yang melintas di sekitar lingkungan mereka. murid SD dibekali fasilitas keamanan seperti emergency alarm, emergency handphone, dan tanda kuning bagi seluruh anak kelas satu. 

Jepang tidak mendidikan anak melalui hafalan teori di kelas dan atau banyak mengerjakan soal-soal dari LKS. Semua pelajaran di jepang diajarkan melalui eksperimen, ketertarikan dan pengalaman masing-masing anak. Dan  yang menarik, pelajaran musik bukan hanya sebagai pelajaran pelengkap tetapi mendapatkan prioritas sama dengan pelajaran lainnya. 

Musik dapat dijadikan alat untuk memanggil atau melakukan instruksi kepada anak-anak. Tidak perlu berteriak-teriak memanggil dan menyuruh mereka untuk melakukan perintah, cukup dengan memainkan musik/lagu yang sudah disepakati sebagai tanda suatu perintah tertentu. Menyenangkan sekali ya?

"Dengan belajar memainkan musik sejak dini, akan membantu meningkatkan konsentrasi anak, membantu pembentukan karakter anak, meningkatkan kecerdasan anak, serta menjaga keseimbangan kerja otak kanan dan kiri anak. Sehingga proses belajar anak pun menjadi mudah" (hal. 91)

Mencintai Buku Hingga Akhir Hayat

Ini adalah salah satu bahasan yang sangat berkesan untuk saya. Mengapa? Cerita penulis tentang fenomena yang hampir tidak pernah saya temukan di Indonesia. Warga jepang mengisi waktu mereka saat mengantri panjang dengan membaca buku. Gleek..., kita? Iya, kita yang notabene itu mayoritas Islam. Dan ajaran agama Islam itu memerintahkan kita untuk membaca. Lalu, mengapa kita tidak lebih gemar membaca dibanding mereka yang notabene tidak beragama. (Bahan renungan1)

TK ataupun TPA belum dikenalkan belajar membaca. Cara menanam kecintaan anak terhadap buku adalah dengan membacakannya, bukan mengajarinya membaca. Dan dengan mewajibkan anak-anak untuk meminjam buku dari perpustakaan sekolah. Tentunya buku-buku untuk TK/TPA adalah jenis buku yang didominasi oleh gambar yang menarik.

Kadang guru mengundang pembaca dari luar seperti orang tua murid atau dari pendongeng profesional. Setelah bercerita, mereka lalu diskusi membahas kisah tersebut. Dan pada waktu liburan pun, orang tua lebih suka mengajak anak-anak ke perpustakaan dibanding belanja ke mall. Buku tidak hanya ada di sekolah saja. Di tempat-tempat menunggu pun banyak ditemui buku-buku anak. Misalnya seperti di klinik anak, Apotek, dll. Begitulah sinergi dari guru, orang tua, dan masyarakat dalam menanam benih cinta terhadap buku kepada anak-anak mereka. Budaya membaca dikenalkan dengan cara menyenangkan dan terus menerus.

Kebersihan
Penulis menceritakan kembali pengalamannya yang pernah melihat seorang siswa SMA Jepang sedang mengelap tumpahan air minum yang tidak sengaja ia tumpahkan ke lantai kereta dengan menggunakan handuk. 

Kesadaran masyarakat seperti siswa SMA itu tentunya tumbuh melalui proses. Proses yang terus menerus dan berkesinambungan. Mulai dari sejak kecil dan mulai dari hal-hal kecil. Luar Biasa!


Masih banyak pembahasan dalam buku ini yang berkaitan dengan nilai pendidikan di Jepang. Termasuk tentang kebudayaan yang sangat dijaga kelestariannya. Dan cara penilaian siswa yang berbeda dengan negara kita. Semua anak SD Jepang naik kelas. Pun ada siswa yang memiliki kemampuan akademis dibawah standar, itu akan menjadi tanggung jawab sekolah. Anak tersebut tetap naik kelas, dan guru akan membimbing secara khusus.

Rapor SD Jepang tidak dilaporkan dalam bentuk angka-angka. Tidak ada juga tingkatan ranking atau juara kelas. Semua penilaian ditulis dalam kategori-kategori. Ganbaro (perlu ditingkatkan), Dekita (bagus), dan Yoku dekita (sangat bagus).Anak-anak dilatih untuk maju bersama, sukses bersama, dan bekerja bersama-sama. Tidak dilatih untuk menjadikan kawan menjadi lawan yang harus dikalahkan atau disaingi.

Buku ini sangat bermanfaat dan sangat direkomendasikan sekali untuk pakar pendidikan. Juga para Ibu yang menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya. Menciptakan suasana mendidik yang menyenangkan dengan cara yang sesuai. 



0
Share

Sumber Gambar :

Kata teman-teman saya, posisi saya dikantor sudah enak, sudah nyaman. Masa sih? kok saya tidak merasa begitu ya. Banyak perubahan yang terjadi pada manajemen perusahaan. Saat ini manajemen sudah mulai "beracun". Banyak kebijakan kantor yang semakin aneh dan diskriminatif. Ukuran aneh ini bukan hanya pendapat saya ya, rekan kerja di kantor juga berpendapat sama, aneh.

saya sudah mengorbankan perasaan saya setiap kali menitipkan anak saya di rumah dengan ART. Sesampainya di kantor suasananya juga tidak lagi menyenangkan. Semangat kerja saya jadi kendor. Apa karena gaji bulan kemarin sudah habis saja ya? Hahaha, entahlah... gaji tahun ini naik lebih dari 10%, Alhamdulillah. Tetapi kok tahun ini belum bisa nabung ya? Aneh (lagi) deh.

Galau? Iyalah galau. Kalau diceritakan detail tentang situasi perusahaan saya. Khawatir kepanjangan. Intinya sih, kondisi perusahaan sedang mengalami masa transisi. Alhamdulillah semakin berkembang, tetapi ya itu, ada saja hal yang membuat perkembangan ini tidak sempurna. Tidak sempurna karena manajemen tidak mau mengingat masa lalu. Melupakan sejarah adalah hal yang sangat fatal. (Jadi bingung, kok sampai sejarah dibawa-bawa) :D

Ya Sudahlah, kita kembali kepada galaunya saja saja ya. Galau karena sudah tidak merasakan kenyamanan dalam bekerja. Terlebih lagi bulan Agustus nanti, ART saya yang notabene adik sepupu suami berencana pulang kampung dan meneruskan pendidikannya ke perguruan tinggi. Cita-citanya ingin menjadi perawat. Hal ini tidak dapat dihindari. Kami sempat mengajukan penawaran kepadanya agar ia kuliah di jakarta. Kuliah kelas karyawan dengan biaya dari kami. Tetapi sayang, orang tuanya tidak mengizinkan.

Kalau melihat kondisi kantor saya saat ini rasanya saya ingin sekali untuk resign. Tetapi saya dan suami memiliki tanggung jawab untuk membayar cicilan rumah. Keinginan resign pun terhambat lampu merah. Resign memang bukan solusi. Sama sekali bukan jalan keluar yang tepat. Tetapi saya harus bisa keluar dari belenggu ini. Maka terlintas dalam fikiran saya untuk dapat bekerja freelance. Saya pun menargetkan tahun depan, tepatnya tahun 2016 nanti. Di awal atau pertengahan tahun saya harus sudah memulai bekerja dari rumah.

Yang harus saya lakukan saat ini adalah membekali diri semaksimal mungkin dan mengkondisikan semua yang berkaitan. Salah satu bekal adalah ilmu dan informasi mengenai seorang freelancer. Dan saya pun tertarik untuk membeli buku karya mba Brilyantini, "Sukses Bekerja dari Rumah". Waktu itu dapat diskon-an. Yeaay I Like Discount:)
Ini penampakan bukunya; dan kamu bisa pesan buku ini disini.



Dalam bukunya itu dijelaskan secara detail mengenai langkah-langkah menjadi pekerja lepas. Juga hal-hal yang perlu menjadi pertimbangan dan perhatian kita. Seorang pekerja lepas itu tidak serta merta menjadi pekerja bebas tanpa aturan. Justru kita wajib kerja keras untuk mendapatkan hasil yang kita harapkan. karena Kesuksesan seorang pekerja lepas itu ditentukan oleh diri kita sendiri. 

Saya sempat mereview sedikit dari banyak pembahasan dalam buku itu disini. Reviewnya rasanya masih kurang ya. (Sengaja, biar pada penasaran sama bukunya) Loh? Ngeles! :P
Tetapi beneran, buku itu komplit banget loh. Tidak seperti review saya yang irit. Hehe, maafkan. Ditambah ada hadiah kecil di akhir bab yang membuat saya semakin termotivasi dan memantapkan hati untuk menjadi pekerja lepas.  

Saya sudah mencoba membicarakan tentang rencana saya untuk menjadi freelancer kepada konsultan di manajemen kantor. Ya, memang belum mendapat persetujuan langsung. Tetapi dia pasti memikirkan solusinya. Awal april ini, email kantor sudah migrasi dari yang gratisan ke google bussiness. Yang artinya, semua pekerjaan dapat diakses dari, kapan, dan dimana saja. (Asalkan terhubung dengan internet).

Salah satu fasilitas sudah tersedia. Tinggal tunggu waktu yang tepat bicara kepada Decission Maker, Sang Big Boss. Rencananya sih bulan November nanti sambil menunggu persiapan (lahir batin) di level 90% dan proposal selesai dibuat.

Proposal? Proposal Apa?

Iya Proposal. Perencanaan sistematis yang matang dan teliti. Bukan karya ilmiah juga sih. Hanya proposal sederhana tentang rencana bekerja dari rumah dengan konsep yang matang. Dan proposal ini saya ajukan kepada partner hidup saya. Secara, dia (baca:suami) itu masih kadang-kadang ragu dengan rencana saya menjadi freelancer. Dia terngiang-ngiang cicilan rumah yang tahun depan naik. (kita pakai bunga fix bertahap)


Kalau kita berorientasi dengan rasa takut, kita tidak akan pernah berkembang. Seperti kalimat yang menjadi favorit saya dalam bukunya mba Bril ; "Semua jenis pekerjaan ada risikonya. Tetapi jika kita tidak berani mengambil risiko, kita tidak akan pernah kemana-mana." (hal.29)

Selain proposal freelancer, saya akan membuat proposal usaha juga. Iya, berwirausaha adalah impian saya dan suami sejak lama. Jadi, sekalian saja saya buat. Kalau proposal usaha ini akan saya ajukan kepada calon pemberi modal. Baik pihak Bank atau perorangan (saudara). Hehe, maklum tabungan sekarat, habis buat renovasi tambahan bangunan rumah.

Kalau untuk rencana usaha, saat ini masih dalam tahap survey tempat. Semoga semua rencana ini berjalan dengan lancar tanpa suatu hambatan yang berarti. Doakan saya ya...

Stop Galau, Kembali ke Desktop, Kembali ke PROPOSAL!
  
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis "Asyiknya Bekerja dari Rumah"






 

6
Share

Judul          :  Sukses Bekerja Dari Rumah
Penulis        :  Brilyantini
Editor         :  Herlina P. Dewi
Desain Cover :  Teguh Santosa
Penerbit     :  Stiletto Book
Terbit         : Januari 2015
ISBN           :  978-602-7572-35-5


Buku ini cukup mampu membuah dahaga saya akan jurus-jurus bekerja dari rumah itu hilang. Bagaimana tidak,hampir setahun ini suasana kantor semakin tidak nyaman. Meskipun posisi saya yang kata teman-teman disini sudah enak, tetapi tetap saja hati tidak bisa dibohongi. Kebijakan manajemen yang semakin aneh dan diskriminatif membuat saya sadar, kantor ini perlahan sudah mulai “beracun”. Sudah berkorban perasaan dengan menitipkan anak kepada ART, sesampai di kantor suasana sudah tidak nyaman.



Saya pun menargetkan untuk dapat bekerja secara mandiri di rumah. Saya sadar ini bukan hal mudah, dari sekarang saya harus terus menggali ilmu tentang bagaimana cara kerja seorang freelancer itu. Dan buku ini adalah salah satu rekomendasi yang tepat untuk saya dan semua perempuan yang memiliki permasalahan yang sama.

Buku ini menjelaskan secara detail langkah-langkah yang harus kita siapkan sebelum kita benar-benar terjun menjadi freelancer. Persiapan-persiapan itu antara lain adalah:

1.  Pengenalan Medan
Pengenalan medan ini lebih ke arah pengenalan diri sendiri. Apakah kita memang mumpuni menjadi seorang pekerja lepas?

2.  Bekali diri Anda
Persiapan diri mulai dari keteraturan kerja, kondisi tubuh yang segar, dan manajemen waktu. Disini pola pikir saya menjadi terbuka bahwa meskipun bekerja di rumah tampil rapih itu tetap penting.

3. Jangan Lelah untuk Belajar
Seorang freelancer bukan seorang pekerja yang seenak-enaknya. Kerja keras itu justru menjadi hal wajib. Karena penentuan sukses atau tidaknya kita menjadi freelancer adalah diri kita sendiri.



Jenis-jenis pekerjaan apa saja yang bisa dilakukan di rumah? Jawabannya banyak sekali. Mulai dari penulis, pemusik, pembuat film, fotografer, editor, konsultan, penerjemah, desainer grafis, public relation, multi level marketing, event organizer, guru privat, dll. ataupun berbisnis seperti membuka salon, bisnis makanan, atau pekerjaan online yang banyak sekali jenisnya. Semua diterangkan dalam buku ini.

Lalu, kapan kita dapat memulai untuk menjadi freelancer atau pebisnis? Secepatnya, ketika semuanya sudah siap. Jangan langsung memutuskan resign dari kantor, kalau pekerjaan penggantinya saja masih belum jelas. Yang pasti semua jenis pekerjaan yang akan digeluti di rumah harus juga memiliki goal setting.

Sebagai freelancer atau pebisnis diharuskan memiliki tujuan dan target. Metode Analisa SWOT (Strength, Weakness, Oppurtunity, Threat) dapat digunakan dalam menggambarkan kekuatan dan kelemahan kita. Metode ini dapat membantu kita membuat strategi marketing yang terarah dan tepat sasaran. 

Rumahku, Kantorku
Setelah konsep dan persiapan diri untuk bekerja dirumah diulas panjang lebar. Selanjutnya di buku ini membahas juga mengenai sudut rumah yang dijadikan tempat bekerja. Point-point apa saja yang menjadi pertimbangan dalam menentukan ruang kerja. Juga hal-hal menyangkut teknis pekerjaan yang perlu diperhatikan. Semua dikupas tuntas dalam buku ini.

Ada hadiah menarik pada bagian akhir buku ini yakni “Inspirasi dari Para Pekerja Lepas.” Ada beberapa pengalaman yang di share dari perempuan-perempuan hebat yang sukses bekerja dari rumah. Semua cerita yang di share sukses memotivasi saya untuk dapat mewujudkan impian untuk sukses bekerja dari rumah.

Kalimat favorit saya dalam buku ini :
“Semua jenis pekerjaan ada risikonya. Tetapi jika kita tidak pernah berani mengambil risiko, kita tidak akan pernah kemana-mana” (hal. 29)



0
Share
sumber gambar:


“Mpook, Mpok Lina? Salammulekum… Mpook kaga buka warungnye?”

Hening, tak ada jawaban.

Baru hendak melayangkan kepalan tangan ke pintu, Pintu sudah terbuka.

“Eh si Empo, baru bangun ye? kusut bener mukanye?”

“Ade Apaan sih lu Minaah? berisik amat.”

“Lah ini pesenan asparagusnye, udeh suseh banget gue nyarinye.”

“Eh udeh ade, sukur deh, makasih ye Min.”

“Eh Mpo, emangnye Mpo mau masak apaan sih pake asparagus segala?”

“Bukan masakan Min, tapi ramuan orang dewasa.”

“Ramuan orang dewasa? Ramuan apaan mpo?”

Tanpa panjang lebar, Mpo Lina memberikan selembar kertas kepada Minah.

“Wah, gue kudu nyoba nih, secara laki gue suseh amat BANGUN-nye.”




1
Share
Sumber Gambar:

Pada acara serah terima anak menantu.

 “Saya titip anak saya ya bu, tolong dimaklumi khususnya soal masak.”

Aku tersipu malu mendengar ucapan Ibuku yang begitu polos.

“Iya bu tidak apa-apa, ini juga Rini baru bisa masak sayur asem.” Ibu mertuaku menunjuk perempuan berambut bondol, menantu pertama di keluarga suamiku ini.

“O begitu ya, Iya bu, habis maklum saja anak zaman sekarang lebih senang dengan komputer dibanding dapur.”

Aku yang duduk disamping Ibu hanya dapat memberikan senyuman termanis. Mudah-mudahan senyumku ini mampu menghipnotis mereka. Disaat itu, terjadi komunikasi antara peri putih dan peri hitam yang ada pada diriku;

“Tidak bisa masak yang penting senyumnya manis.”

“Iya tetapi senyum termanis pun tidak bisa bikin perut kenyang, ayo belajar!”

“Ah tetapi sudah terlambat belajar, sekarang sudah jadi menantu”

“Tidak ada kata terlambat, justru ini bisa jadi awal yang baik”

Aku pun menghela nafas.

Acara pun berlangsung lancar. Ibu RT dan tetangga sebelah pun diundang. Sekalian menunaikan perintah 1x24 jam tamu harap lapor.

Ditengah obrolan santai, Ibu mertuaku mengajakku melihat kamar mandi yang baru dibuat di dalam kamar tidurku.

“Sini lihat Siska, Ini kamar mandinya. Keramik, closet, semua serba hijau, mama yang memilih sendiri, bagus kan?”

“Iya bagus ma.”
Meski hatiku bergemuruh, kamar mandinya "minimalis".

Di pojokan kamar dekat jendela, dibuat pintu menuju teras. Di sebelahnya ada celah ruang sedikit.

Kata mama celah ruangan itu bisa untuk menaruh kompor. Mejanya sudah disiapkan.
Fikiranku langsung terbang ke dunia khayalan, dimana aku sedang memasak telor dadar kesukaan suamiku. Tiba-tiba suamiku datang melalui pintu samping dengan penuh semangat karena lapar. Pintu itu terdorong kencang, menubruk badan kecilku dan tanganku terkena cipratan minyak goreng panas karena kaget.

Aku mengelus tanganku, mataku terpaku pada celah ruang yang sempit itu.

“Kenapa Siska?”

“Eee, Tidak mah.”



 
Esok hari pada minggu pagi,

Gorden biru kamarku terlihat sangat kotor. Aku menurukan gorden tersebut dan merendamnya. Setelah merendam agak lama, aku mencucinya. Tidak ada mesin cuci, Gorden ukuran dua meter itu aku kucek-kucek, sikat-sikat. Setelah selesai, aku menjemurnya.

“Wah bersih ya gordennya. Kamu pinter nyucinya Sis.” Ibu mertuaku memuji.

Aku tersenyum. Tiba-tiba peri putih dan peri hitam yang ada pada diriku kembali bercengkrama:

“Cihuy, pencitraan pertama.”

“Kok pencitraan? Siska memang tidak betah melihat gorden sekotor itu.”

“Ah sudahlah, Ayo cari pencitraan lainnya? Gorden lainnya di rumah ini juga masih banyak yang kotor.”

Siska mengerutkan dahinya, melihat gorden merah ruang tamu yang lebih tragis dari yang di kamar.

“Oh No…”






Masa cutiku sudah selesai. Besok sudah harus bekerja kembali.

“Mas, biasanya kalau dari sini berangkat kerja jam berapa?

“Oh iya, besok harus lebih pagi ya. Jam setengah tujuh harus sudah jalan”

“Macet ya?”

“Iya.”

Aku memasang alarm di handphone  pukul lima pagi. Masih sunyi senyap, suamiku juga masih terlelap. Aku shalat subuh dan berencana tidur kembali. Namun suamiku terbangun dan menggagalkan rencanaku untuk tidur kembali.

“Andriii, Siskaaa, kalian tidak kerja?

Suara mama membangunkanku. Aku terkejut melihat jam sudah menunjukkan pukul tujuh kurang lima menit.

“Wah gawat mas, kita kesiangan.”

Diluar aku mendengar suara Bapak mertuaku berceloteh, “Namanya juga pengantin baru, macetnya di kamar.”



Flashfiction ini diikutsertakan dalam Tantangan Menulis FlashFiction – Tentang Kita Blog Tour :


http://www.redcarra.com/tantangan-menulis-ff-tentang-kita-blog-tour/
1
Share
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

About Me

Keluarlah, lampaui gagasan sempitmu tentang benar dan salah. Sehingga kita dapat bertemu pada “Suatu Ruang Murni” tanpa dibatasi berbagai prasangka atau pikiran yang gelisah (Rumi) 
        hurryawilda [at] gmail [dot] com

Follow me

  • facebook
  • pinterest
  • twitter
  • instagram

Labels

Buku (6) FaMiLy (9) FiksiMini (16) Film (1) PuiSI (25) RanDoM (21) Review (8) Teater (2) TechnoExplorer (4)

Arsip Blog

  • ►  2024 (2)
    • September (2)
  • ►  2022 (1)
    • Januari (1)
  • ►  2021 (17)
    • Desember (11)
    • November (2)
    • Januari (4)
  • ►  2020 (5)
    • Oktober (1)
    • Agustus (1)
    • Februari (3)
  • ►  2016 (4)
    • Desember (1)
    • Agustus (2)
    • Maret (1)
  • ▼  2015 (31)
    • Desember (1)
    • November (1)
    • Agustus (3)
    • Juli (4)
    • Juni (2)
    • Mei (3)
    • April (8)
    • Maret (8)
    • Februari (1)
  • ►  2014 (15)
    • September (1)
    • Juli (13)
    • Februari (1)
  • ►  2013 (7)
    • Desember (1)
    • November (3)
    • Oktober (3)
  • ►  2012 (3)
    • Desember (3)
  • ►  2011 (2)
    • Juni (1)
    • Mei (1)

Popular Posts

  • Rumus Excel Tidak Sama Dengan Hasil Kalkulator
    Hi,  Kamu pernah pakai microsoft excel 2007? Pernah mengalami hal seperti saya? yaitu, hasil di rumus excel tidak sama dengan dengan hasil...
  • Balada Mata Minus-Silinder
    Berawal dari 2 bulan lalu saat mengganti kacamata minus (-2) saya dengan yang baru. Karena pandangan jauh juga sudah agak kurang nyaman, jad...
  • Melacak Keberadaan HP Android
    Kenapa HP Andro kita harus dilacak? Bisa jadi ketinggalan, ada yang ngumpetin, lupa naro dimana, dicopet, dirampok, dicuri (Mudah-mudahan ...
  • Kenang Bidari
      pic source   “Kriiikk… duk”, suara pintu terbuka dan tertutup kembali. Pak Umar yang sedang mengepel teras kelas kaget. Ia langsung...
  • The Proposal
    Sumber Gambar : Kata teman-teman saya, posisi saya dikantor sudah enak, sudah nyaman. Masa sih? kok saya tidak merasa begitu ya. ...
  • Sang Mantan
    sumber gambar Pesona kota yang dijuluki paris van java ini memang mampu memanjakan mataku namun hati ini tetap saja sama, hambar. Set...

Total Tayangan Halaman

FB Page

IG: @wildahurriya

Twitter

Tweets by hurriyawilda
Copyright © 2015 Wilda Hurriya

Created By ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates