Wilda Hurriya
  • Home
  • Review
    • Buku
    • Film
    • Teater
  • Fiksi Mini
  • Puisi
  • Random
  • Family
  • Techno Explorer


 

Jika usia senang mengulang tahunnya

maka duka layak dikenang dalam doa

kini kucoba berbincang pada masa lalu

yang kisahnya tertinggal di ujung teropong


Sahabatku, Venuzia

seorang yang mencintai astronomi

seperti bintang yang melekat pada namanya

yang selalu takjub pada kuasa Tuhan lewat antariksa


Katamu, pada desember awal atau akhir

langit akan tampak lebih indah untuk dinikmati

Bimasakti membentang dari timur laut ke barat daya

Purnama pun sedang sempurna meraja di singgasana


kamu menolak segala bentuk pengobatan 

membiarkan kanker darah menggerogoti tubuh

satu sesal yang tak lenyap dari hati 

aku tak memenuhi undanganmu melihat rasi bintang bersama


Dan pesan singkat menyapa fajar yang kelam

Katamu, saturnus tak terlihat di langit

kemungkinan ia ada di titik terjauh dari bumi


Dan pagi itu kamu pergi menyusul saturnus

Istirahat damai dalam pelukan galaksi


Wilda Hurriya

Bogor, 14 Desember 2021


0
Share

https://pixabay.com/id/photos/pernikahan-cincin-3538560/

Kapur warna warni menjadi mainan masa kecil
yang menuntun tanganku menggapai asa
menata alfabet ke dalam garis tipis buku tulis
tumbuh berkembang menjadi kata, kalimat, dan mendewasa bagai paragraf kehidupan

Lemari nenek pernah kujadikan papan tulis
ia mengomel sepanjang hari, bolak-balik geram 
di antara lemari baru dan spidol permanen
aku ketakutan dan kabur pulang ke rumah

waktu itu belum ada twitter atau kanal media
yang menampung aspirasi hingga tumpah luber
cuitan sederhana tentang musim yang kekeringan 
aku lepaskan ke dalam sisa kertas belakang buku

impian yang selalu bersembunyi di palung hati
tak bergerak meski poros waktu berputar puluhan tahun
mimpi itu tetap diam dan menunggu gejolak darah mendidih
menggebu bagai pasukan yang ingin menyerbu

Banyak lubang inspirasi kugali dan kutanami doa
menulis dengan cinta, menjadi penulis yang membawa pelita
menuntun insan yang kehausan ke telaga
agar dahaga mereda dan senyum merekah

Wilda Hurriya

Jakarta, 13 Desember 2021


0
Share

 

https://pixabay.com/id/photos/air-hijau-surga-air-terjun-stream-5264864/

Keindahan tersembunyi di balik pasak bumi
menawarkan kesegaran mata air sampai ke tulang
terjun cantik dari ketinggian dan bermuara pada cawan bebatuan
Airnya biru kehijauan dipeluk sinar matahari

Siapa gerangan yang tak terbuai
Tinggalkan penat di sudut kota yang ramai
Menjelajahi alam gunung pancar
yang memancarkan jelita dan molek alam

Sebelum aku melompat ke dalam air
rasanya ingin kubacakan sepenggal syair
agar ku tenggelam bersama puisi abadi 
bersama gemercik yang membelah kesunyian


Wilda Hurriya

Bogor, 12 Desember 2021

0
Share

https://pixabay.com/id/photos/lanskap-pohon-matahari-terbenam-559434/

Mengurai adegan perkenalan hujan, rindu
basuh seluruh wajah sendu
air mata lepas bersama tari. kehujanan
dingin memang, asal tak ketahuan
melati menyimpan tangis dalam pankreas yang berdarah
Tiap senja turun, melati berlatih tawa
menyambut  kekasih bertopeng kabut
Esok pagi ia akan tetap menyeduh kopi gayo
sambil pamit kepada koran dan murai

Wilda Hurriya Jakarta, 10 Desember 2021


0
Share

https://pixabay.com/id/photos/tetesan-salju-mekar-putih-kelompok-4862154/

Belum genap sehari, mataku mengenal senyummu
Ia sudah merajuk tak mau terpejam 
Padahal malam sudah larut ditelan purnama 

Belum genap sepekan, nalarku mencerna arti namamu 
Namun otakku terus saja kusut memutar-mutar imajimu 

Baiklah, sejenak aku masuki dulu inkubator rasa
Memerami rindu yang prematur
Agar ia lebih siap jika esok senyum itu menghilang 


Wilda Hurriya

Bogor, 9 Desember 2021


0
Share

 

https://pixabay.com/id/photos/langit-air-baru-di-luar-rumah-1450789/

Tak perlu mencari mutiara ke dasar laut
sesungguhnya ia ada di jemarimu

Kebahagiaan tidak berlari
tak perlu kau kejar
Kebahagiaan tidak jauh
tepat ada di hatimu

Selama kamu tulus pada dirimu
Sujud pada Tuhanmu
Mencintai alam dan mengasihi sesama
maka, nada yang keluar pada seruling harimu
adalah harmoni kebahagiaan
dimana tubuhmu akan menari
dan terhempas di padang ketenangan


Wilda Hurriya

Jakarta, 7 Desember 2021

0
Share

 

https://pixabay.com/id/photos/letusan-gunung-berapi-awan-abu-1867439/

Awal desember dua ribu dua satu
Gunung Semeru kembali menderu
Apakah mahameru marah atau sedang gelisah?
meratapi bumi yang semakin renta

Daun-daun tertunduk lesu
Mata air mulai berubah hawa
Binatang pun keluar dari hutan
Bukan alam tak memberikan tanda 
hanya terkadang manusia yang tak peka

Muntahan erupsi bergumpal-gumpal
membawa isyarat duka yang mendalam
Namun, ketika semua tampak menjadi kelabu
ternyata masih ada jingga yang menyatu

Sebuah warna indah di sudut rumah 
dua raga berpelukan saling mengasihi
raga yang telah mati namun tetap hidup
hidup, di hati para perindu surga
yang katanya berada di bawah telapak kaki Ibunda

Rumini, namamu melangit bersama doa
bakti dalam erupsi menggetarkan jiwa
dan untukku yang sedang terduduk di sini
sebuah tanya bergelantung di ujung hati
Jika itu aku, apakah aku tetap tinggal di sisi Ibu dan mati
atau berlari jauh mencari harapan untuk hidup?

Wilda Hurriya
Jakarta, 8 Desember 2021
0
Share

https://pixabay.com/id/photos/mencari-cinta-cinta-melihat-1150993/

 

Mulut ibarat busur panah

tak bisa menarik kembali

kata-kata yang dilepaskan


Caci maki hinggap dengan liar

dari bibir tipis gadis berkerudung jingga

singgah di telinga Jamal, laki-laki berkaos kumal

Kata-kata itu kemudian tenggelam di beranda hati 

yang lama jua telah menjadi serpihan

kini, ia kembali retak oleh penolakan cinta


Sedang, jauh di lubuk hati gadis berkerudung jingga

ia pun terjatuh pada senyum Jamal yang mempesona

namun, cinta itu berhenti pada kaos yang melekat 


Apakah cintamu semurah itu?

Kaos Jamal memang kumal

tapi dompetnya kini tebal


Sekali lagi, setelah hampir sewindu

hati Jamal terluka

pada senja yang memerah

Tuhan mengirim pesan pada dua insan


Pakaian yang pantas untuk menghargai diri

biarlah cinta memilih jalannya sendiri


Karena mulut badan binasa

karena ucap, raga gadis nelangsa


Selamat pesta patah hati 

malam ini


Wilda Hurriya

Bogor, 6 Desember 2021


0
Share

 

https://pixabay.com/id/photos/dedaunan-kering-daun-kering-lembaran-621724/

Pukul 3 dini hari
kandang ayam masih sunyi
terompet fajar mengendap mimpi

Sepasang kakek nenek
dibangunkan semesta oleh janji bisu
memercikkan air wudhu
pada tanaman rindu yang mengering

Sudah hampir tiga tahun
rumah tak dikunjungi anak cucu
pandemik memenjarakan kaki dan hati

Biasanya selagi bumi sehat
setiap hari raya, anak cucu menyeberangi benua
demi untuk memeluk kesayangan

namun, kini mereka tak berani
kini berdiam saja agar tetap aman
meski raja pun tak menjamin
malaikat maut tak mengetuk jendela rumah
meski kau tak beranjak

beruntung teknologi berempati
melalui panggilan jarak jauh
rindu masih bisa diukur
senyum masih bisa direkam
celotehan cucu menjadi nada abadi

Penerbangan sudah mulai dibuka
tak percuma katanya, 
mengantre vaksinasi
esok anak cucu akan terbang
mengunjungi dan memeluk kenangan

Namun, 
sepasang kakek nenek 
yang terjaga dari sebelum subuh
menjadi gusar dikunjungi sore
yang tetap sepi
tanpa kehadiran

Bagai sirine ambulance
yang memecah sunyi dengan duka
melalui udara yang gersang
berita kelam, rapat menjejali nadi
anak cucu berpulang ke sisi Tuhan
dalam kecelakaan pesawat terbang

Wilda Hurriya Bogor, 6 Desember 2021

0
Share
https://pixabay.com/id/illustrations/jam-jam-alarm-bokeh-waktu-santai-598837/


Aku terdampar di lubang hitam kehidupan
Menapaki dimensi awal tanpa akhir
Bagai naga yang  menggigit ekornya sendiri kenangan pahit itu perlahan menjadi mobius sebesar lingkaran Dewa

Beranda jiwa luluh lantak
kosong tersapu badai pengkhianatan
oleh orang-orang bertopeng raja

Insan terkasih pun pergi menyapa ajal membawa serta bunga tasbih
yang perlahan layu dan kemudian mati

Haruskah aku gunakan excalibur untuk melawan takdir
hingga raga ditimpa lindu semalaman
dan bertaruh nyawa pada akar bumi?
Wilda Hurriya
Jakarta, 2 Desember 2021


0
Share

https://pixabay.com/id/photos/air-terowongan-cairan-konsentris-366586/


Sejarah di tepi sungai yang berliku

Riak air bersenandung suka duka

Jumpa jeram yang menyeru takut

Meski batu menghadang tantang


Terus mengalir meski muara tak terlihat

Tetap berlayar membawa perahu asa

Hingga waktu membayar janji

Atas semangat yang tak pernah henti


Musim baru membawa gemilang

menyuburkan cita di padang rumput

yang akan selalu tersenyum

pada sungai yang menderas di sebelahnya


Wilda Hurriya
Jakarta, 1 Desember 2021


0
Share

https://pixabay.com/id/illustrations/dna-biologis-spiral-analisis-6517209/


Aku bertumbuh menuju awan

membawa segumpal kromosom XX

lengkap dengan genetik yang dititip Tuhan

merambat sampai ke akar pohon yang meranggas


Aku berkembang memenuhi ruangan penuh lukisan abstrak

menyimpan cahaya dalam dekapan purnama

menunggu mata dipejam mimpi

ditarik ke dalam dimensi semi tanpa atap


Mungkin aku pernah tersesat menuju rahim

kehabisan napas lalu menyerah tepat di pintu terpilih

Mungkin aku pernah tergelincir menuju rahim

kehabisan akal lalu kabur tanpa sempat memilih


Jaringan tubuh menarik benang-benang keturunan

Aku cucu dari seorang pejuang kehidupan 

bernama anak kemerdekaan yang berjuang meraih nafas

dalam setiap babak cerita A hingga Z dan kembali ke A

dari tangis pertama hingga senyum terakhir


Wilda Hurriya Bogor, 20 Agustus 2021


0
Share

 

https://pixabay.com/id/photos/musim-dingin-pegunungan-hutan-salju-3165102/


Dia hanya angan-angan, tak nyata, tapi tatapannya syahdu

bagai nyanyian surga yang meninggikan halusinasi.

Kau lebih jauh dari mimpi, lebih dalam dari matematika, lebih melenakan dari syair para Muhibbu.


Malam kembali mencekik akalku hingga kehabisan alasan

menepis bayangan dia yang terjauh dari segala hal yang tak kuasa disentuh,

namun betah tinggal di lubang hasrat

Waraskah aku berselingkuh dengan khayalan

Meski aku mati dalam kenyataan. 


Wilda Hurriya Jakarta, 23 November 2021


0
Share

https://pixabay.com/id/photos/laut-ombak-sunrise-senja-1867285/

Kau bilang sangat menyukai laut. Kau memang tidak mengatakannya langsung kepadaku sebagaimana juga hal-hal lainnya. Namun, dari balik dinding kamar aku pernah mendengar kau bicara tentang itu; tentang keinginanmu berdiri di depan laut dan kau menyaksikan ikan-ikan berlompatan. (dari cerpen karya Yetty A.KA - Tentang Kita Dan Laut)


Sudah hampir satu dasawarsa aku menghuni rumah pesakitan ini tanpa sekalipun merindu kebebasan. Sampai ketika kau datang dan menjadi penghuni sel sebelahku. Kau selalu berbisik pada angin yang tersisa di sel lembab itu. Berkali-kali menyenandungkan syair tentang laut, laut, dan laut. Ternyata itu bukan sekedar senandung, itu adalah kodemu pada alam.


Sejak aku mengetahui keinginanmu tentang laut, otakku terus menguras segala kemampuannya. Menjangkau memori dan perhitungan sebab akibat. Seringkali aku terjaga sampai dini hari. Meski mata ini terpejam sesungguhnya ia tak menarik diriku ke alam mimpi sedetik pun. Baru ketika matahari mulai mengetuk langit fajar, seluruh inderaku terlelap.


Sudah hampir dua minggu ritme hidup tak normal ini berlangsung. Sampai pada satu malam yang terasa lebih panjang. Otakku bekerja dengan lebih encer, mungkin karena menu irisan daging tadi siang. “Ah, mengapa tak terfikir dari kemarin” gerutuku pada pantulan samar diriku di jendela kaca kusam.


Malam ini juga aku akan menemuinya, tetangga satu bangsal yang paling berisik. Senandungnya membuatku mulai merindu kebebasan. Angin kebebasan yang pernah kuhirup dalam candu. Meski itu berarti aku harus bermandikan peluh dan darah.


-WHM-

Remake paragraf pembuka dari cerpen Yetty A.KA menjadi FF baru


source pic
0
Share
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

About Me

Keluarlah, lampaui gagasan sempitmu tentang benar dan salah. Sehingga kita dapat bertemu pada “Suatu Ruang Murni” tanpa dibatasi berbagai prasangka atau pikiran yang gelisah (Rumi) 
        hurryawilda [at] gmail [dot] com

Follow me

  • facebook
  • pinterest
  • twitter
  • instagram

Labels

Buku (6) FaMiLy (9) FiksiMini (16) Film (1) PuiSI (25) RanDoM (21) Review (8) Teater (2) TechnoExplorer (4)

Arsip Blog

  • ►  2024 (2)
    • September (2)
  • ►  2022 (1)
    • Januari (1)
  • ▼  2021 (17)
    • Desember (11)
    • November (2)
    • Januari (4)
  • ►  2020 (5)
    • Oktober (1)
    • Agustus (1)
    • Februari (3)
  • ►  2016 (4)
    • Desember (1)
    • Agustus (2)
    • Maret (1)
  • ►  2015 (31)
    • Desember (1)
    • November (1)
    • Agustus (3)
    • Juli (4)
    • Juni (2)
    • Mei (3)
    • April (8)
    • Maret (8)
    • Februari (1)
  • ►  2014 (15)
    • September (1)
    • Juli (13)
    • Februari (1)
  • ►  2013 (7)
    • Desember (1)
    • November (3)
    • Oktober (3)
  • ►  2012 (3)
    • Desember (3)
  • ►  2011 (2)
    • Juni (1)
    • Mei (1)

Popular Posts

  • Rumus Excel Tidak Sama Dengan Hasil Kalkulator
    Hi,  Kamu pernah pakai microsoft excel 2007? Pernah mengalami hal seperti saya? yaitu, hasil di rumus excel tidak sama dengan dengan hasil...
  • Balada Mata Minus-Silinder
    Berawal dari 2 bulan lalu saat mengganti kacamata minus (-2) saya dengan yang baru. Karena pandangan jauh juga sudah agak kurang nyaman, jad...
  • Melacak Keberadaan HP Android
    Kenapa HP Andro kita harus dilacak? Bisa jadi ketinggalan, ada yang ngumpetin, lupa naro dimana, dicopet, dirampok, dicuri (Mudah-mudahan ...
  • Kenang Bidari
      pic source   “Kriiikk… duk”, suara pintu terbuka dan tertutup kembali. Pak Umar yang sedang mengepel teras kelas kaget. Ia langsung...
  • The Proposal
    Sumber Gambar : Kata teman-teman saya, posisi saya dikantor sudah enak, sudah nyaman. Masa sih? kok saya tidak merasa begitu ya. ...
  • Sang Mantan
    sumber gambar Pesona kota yang dijuluki paris van java ini memang mampu memanjakan mataku namun hati ini tetap saja sama, hambar. Set...

Total Tayangan Halaman

FB Page

IG: @wildahurriya

Twitter

Tweets by hurriyawilda
Copyright © 2015 Wilda Hurriya

Created By ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates